“Orang Muda
Katolik yang Mengatasi Diri”
I. Latar Belakang
Seperti yang telah kita lihat sekarang banyak sekali kaum muda yang terbawa
arus karena ingin mengikuti zaman yang sangat modern seperti saat ini.
Sampai-sampai mereka melakukan hal-hal yang merugikan mereka sendiri Kenakalan
rejama/kaum muda dewasa ini memang ada yang tidak batasnya sehingga mereka
jatuh ke hal-hal yang berbau (narkoba, dan tauran, juga mengomsumsi minuman
keras (miras,dan banyak kaum muda yang terlibat pergaulan yang tidak sehat ada
juga terlibat seks bebas dst)dan hal ini mereka lakukan semata-mata demi
menunjukkan bahwa mereka telah mengikuti ternnya zaman ini.Kaum muda adalah generasi penerus
bangsa dan Gereja. Untuk dapat menjadi penerus bangsa dan Gereja yang baik,
salah satu yang dapat dilakukan adalah ‘mengatasi diri”.dengan menjadikan
dirinya yang siap di pakai oleh gereja dan di segani masyarakat kaum muda
memang harus sehat dan tidak terlibat hal-hal yang merugikan kaum muda sendiri.
Dengan menghindari hal yang membuat kaum muda yang baik. Sebaiknya kaum muda di
berikan penyegaran rohani dan sebagainya.
a.
Siapa
Orang Muda Katolik itu ?
Orang muda adalah sekelompok orang atau anggota masyarakat yang berusia 15
tahun samapi sekitar 25 tahun, yang mempunyai sifat tersendiri yang terkadang
kontroversial. Orang muda biasanya berada pada masa peralihan dari masa
nak-anak menuju dewasa, yang berarti ada perubahan dari masa tergantung ke masa
pertanggung jawab penuh. Dapat juga dikatakan terjadinya perubahan dari
keasyikkan pada diri sendiri sosial (bersama orang lain) sebagai bagian dari
kesadaran menuju realitas sosial (kedewasaan diri).
Orang muda katolik mendapat sorotan khusus dari para pemuka agama
sebagaimana dikemukaan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam pesannya pada tahun
1998. Pertanyaan seberapa jauh kita mengenal kaum muda muncul setiap kali
terjadi kesalah pahaman dan ketidak pengertian sepak terjang mereka. Pembinaan
hidup rohani dan mental mereka haruslah dimulai dengan menjawab pertanyaan
mendasar. Upaya untuk membina orang muda terlebih dalam hidup beragama adalah
hal yang mulia. Sangat disayangkan kemauan yang baik dari mereka belum tentu
membuahkan hasil yang baik. Diperlukan langkah-langkah yang baik pula untuk
mewujudkannya. Memahami orang muda merupakan langkah awal untuk upaya pembinaan
hidup beragama mereka.
b. Mengenali Diri dan
Mengembangkan Kepribadian
Setiap manusia
normal cenderung mengharapkan dirinya berkembang menjadi lebih baik lagi, apa
pun profesinya. W Stern mengemukakan Teori Konvergensi yang mengatakan kepribadian manusia terbentuk sebagai hasil interaksi. Jadi, hasil interaksi dari
potensi yang dimiliki manusia dan seberapa besar lingkungan mempengaruhi
perwujudan potensi yang dimiliki. Kalau berbicara mengenai "potensi",
kita tidak bisa berbuat banyak, karena potensi manusia memang sudah terberi.
Yang dapat diupayakan adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang ada agar
berfungsi sesuai dengan peran yang harus kita jalankan. Dalam hal
ini, Harry Ingham dan Joseph Luft dalam Johari Window-nya (nama Johari berasal
dari Joseph Luft dan Harrington Ingham) menyatakan bahwa manusia memiliki empat
daerah pengenalan diri yaitu :
Diri terbuka, Diri terlena, Diri tersembunyi, Diri yang tidak dikenal siapa pun.
Keempat hal di
atas digambarkan sebagai berikut.
1. Diri terbuka à Bagian diri yang
disadari oleh diri sendiri dan ditampilkan kepada orang lain atas kemauan sendiri.
Misalnya: perasaan, pendapat dan pikiran yang dipilih untuk disampaikan
kepada orang lain. Juga hal-hal yang tidak dapat ditutupi terhadap orang lain,
seperti muka, bentuk badan, umur yang tampak pada keadaan badan (tua, muda).
2. Diri terlena à Bagian diri yang tanpa disadari diri sendiri,
tertutup terhadap dirinya, tetapi tersampaikan kepada orang lain atau diketahui
oleh orang lain. Misalnya: kebiasaan-kebiasaan, sifat-sifat, dan
kemampuan tertentu yang tidak disadari ada pada diri sendiri, yang sering berpengaruh (positif atau negatif) dalam
berhubungan dengan orang lain (misalnya sering membuat interupsi, kurang
memperhatikan perasaan orang lain, senang membantah, membanggakan diri, dan sebagainya).
3. Diri tersembunyi à Bagian diri yang
disadari oleh diri sendiri, tetapi secara sadar ditutup-tutupi atau disembunyikan
terhadap orang lain. Mungkin juga orang tidak tahu bagaimana menyampaikan
dirinya kepada orang lain. Misalnya: tidak setuju tentang pendapat
orang lain, tetapi tidak dapat menyampaikan hal itu), atau karena kalau
disampaikan akan membuat malu diri sendiri, misalnya perasaan
ketidakpastian, keinginan yang rahasia, dan sebagainya.
4. Diri yang tak dikenal oleh diri sendiri dan oleh orang lain à Bagian diri yang tidak
dikenal diri sendiri
dan orang lain ini berupa motif, kebutuhan yang tidak disadari, terlupakan atau
didesak ke bawah sadar sehingga tidak dikenal lagi dan masih mempengaruhi
tindakan orang dalam berhubungan dengan orang lain.
Untuk dirinya perlu dikembangkan kepercayaan dengan jalan membuka diri terhadap pendapat, perasaan, dan pikiran orang lain, artinya membuka jalan bagi orang lain untuk memberikan umpan balik kepada dia sehingga bidang diri terbuka,melebar dan akan timbul perbaikan dalam hubungan dengan orang lain. Mengenali diri maksudnya adalah memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri yang tepat dengan menyadari segi keunggulan yang dimiliki maupun segi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri.
Umpan balik
merupakan proses di mana seseorang memberi tahu berdasarkan pengamatan dan
perasaannya tentang tingkah laku seseorang guna membantu perkembangan pribadi
orang itu. Beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan sebagai upaya perubahan
sikap adalah memiliki motivasi kuat untuk berkembang, memiliki
antusiasme dengan cara berpikir positif, bersedia belajar meyakini dan
menghargai kemampuan diri, berupaya meningkatkan kemampuan untuk
mendapatkan apa yang menjadi tujuan diri sendiri, berupaya tidak membiarkan
perkecualian terjadi, sebelum kebiasaan baru berakar pada kehidupan, dan
bersikap rajin berlatih pada setiap kesempatan diperoleh. Pengembangan kepribadian Kecuali modal pegangan tersebut
diatas, untuk mengembangkan diri perlu dipertimbangkan juga faktor di
bawah ini:
2. Faktor penghambat yang
berasal dari lingkungan dan sistem
yang dianut. Kadang-kadang sistem yang berlaku dalam
lingkungan kita, apakah dalam pekerjaan pendidikan atau lingkungan sosial di
mana kita berada, tanpa disadari menghambat pengembangan diri kita, misalnya
diberlakukannya sistem senioritas dalam jenjang jabatan di mana kita bekerja.
Tanggapan atau sikap/kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan. Kadang-kadang
tradisi atau kebiasaan yang berlaku menghambat perwujudan dari
perkembangan diri seseorang.
3. Faktor penghambat yang berasal dari diri individu sendiri. àFaktor tujuan hidup yang
tidak/belum tergambar dengan jelas. Faktor motivasi dan faktor keengganan untuk
menelaah diri. Kadang-kadang
manusia takut untuk menerima kenyataan bahwa ia memiliki kekurangan ataupun
kelebihan pada dirinya. Faktor usia. Kadang-kadang orang yang sudah tua dalam
usia tidak melihat bahwa kearifan dan kebijaksanaan dapat dicapainya. Mereka
cenderung memandang bahwa usia muda lebih hebat karena produktif. Memang banyak
aspek penghambat pengembangan kepribadian kita, namun sebenarnya masalah
utamanya terletak pada jawaban kita terhadap pertanyaan, "Benarkah kita
berkeinginan untuk mengembangkan diri kita?.
Menurut Frankl hidup tidak memiliki makna dengan
sendirinya, manusialah yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup itu.
Bahkan Frankl mengemukakan
bahwa kematian pun memberikan makna pada keberadaan manusia. Jika manusia tidak
akan pernah mati, maka manusia bisa menunda tindakan untuk selamanya dan yang
menentukan kebermaknaan hidup seseorang bukan lamanya, melainkan bagaimana
orang itu hidup. Hakekat dari eksistensi manusia terdiri dari 3 faktor, yaitu:
1. Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit
dirumuskan, tidak dapat diterangkan dengan istilah – istilah material (benda),
meskipun dapat dipengaruhi oleh dunia material, namun tidak dihasilkan atau
disebabkan oleh dunia material itu. Menurutnya lebih baik jika dapat dipikirkan
sebagai roh atau jiwa.
2. Kebebasan adalah adanya suatu keadaan dimana
manusia tidak didikte atau dituntun oleh faktor – faktor non spiritual,
insting, warisan kita yang khusus atau kondisi lingkungan.
3. Tanggung jawab adalah tindakan yang tidak
cukup merasa bebas untuk memilih namun manusia juga harus menerima tanggung
jawab terhadap pilihan tersebut.
Untuk mencapai
dan menggunakan spiritualitas, kebebasan dan tanggung jawab semuanya tergantung
pilihan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Tanpa ketiga – tiganya tidak
mungkin menemukan arti dan maksud dalam kehidupan. Dalam sistem Frankl, ada satu
dorongan yang fundamental yakni kemauan akan arti yang kuat hingga mampu
mengalahkan semua dorongan lain pada manusia. Tanpa arti untuk kehidupan, tidak
ada alasan untuk meneruskan kehidupan. Arti kehidupan sangat istimewa dan unik
bagi setiap individu sehingga arti kehidupan menjadi berbeda dari orang yang
satu dengan orang yang lain bahkan dari momen yang satu ke momen berikutnya.
Karena adanya perbedaan tersebut maka setiap orang harus menemukan caranya
sendiri untuk memberikan respon. Kaitannya dengan kepribadian, menurut Frankl, suatu
kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang
telah dicapai dan apa yang harus dicapai dimana orang – orang yang sehat selalu
memperjuangkan tujuan yang akan memberikan arti tersebut. Ada 3 cara yang untuk
menuntun pada pencarian arti kehidupan, yaitu:
1. Dengan memberi kepada dunia lewat suatu ciptaan / karya.
2. Dengan mengambil sesuatu dari dunia melalui pengalaman
3. Dengan sikap yang diambil manusia dalam menyikapi penderitaan.
Ketiga cara
tersebut kemudian terkait dengan tiga sistem nilai dalam pemberian arti kepada
kehidupan, yaitu:
1. Nilai – nilai daya cipta; yang
menyangkut pemberian kepada dunia, diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan
produktif. Arti diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan
suatu hasil yang kelihatan atau ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani
orang – orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu.
2. Nilai – nilai pengalaman, menyangkut
penerimaan dari dunia, diwujudakan dengan menyerahkan diri kepada
keindahan yang ada di alam sekitar atau seni. Yang menentukan bukan berapa
banyak puncak yang kita capai atau berapa lama seseorang tinggal dalam
tingkatan pencapaian tersebut namun intensitas yang kita alami terhadap hal –
hal yang kita miliki.
3. Nilai-nilai sikap.
Situasi-situasi yang menimbulkan nilai-nilai sikap ialah situasi-siatuasi
dimana manusia tak mampu mengubah atau menghindari situasi tersebut. Apabila
dihadapkan dalam situasi ini maka satu-satunya cara untuk menyikapinya adalah
menerima situasi tersebut. Cara bagaiman manusia menerima situasi tersebut,
keberanian dalam menahan penderitaan tersebut, kebijaksanaan yang kita
perlihatkan ketika berhadapan dengan bencana marupakan ujian dan ukuran
terakhir dari pemenuhan kita sebagai manusia.
Orang-orang yang
menemukan arti dalam kehidupan mencapai keadaan transedensi diri, keadaan yang
terakhir untuk kepribadian yang sehat. Menjadi manusia sepenuhnya berarti
mengadakan hubungan dengan seseorang atau orang lain di luar diri sendiri. Frankl tidak
menyajikan suatu daftar dari sifat-sifat kepribadian yang sehat. Akan tetapi,
secara umum dapat dikatakan orang-orang macam apakah mereka itu :
1. Mereka bebas memilih tindakan mereka
sendiri
2. Mereka secara pribadi bertanggung jawab terhadap tingkah laku hidup mereka
dan sikap yang mereka anut terhadap nasib mereka
3. Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar diri mereka
4. Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok dengan mereka
5. Mereka secara sadar mengontrol kehidupan mereka
6. Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman,
atau nilai-nilai sikap
7. Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri
Ada beberapa
sifat lain dari kepribadian-kepribadian yang sehat, di antaranya :
1. Mereka berorientasi ke masa depan, diarahkan pada tujuan-tujuan dan
tugas-tugas yang akan datang.
2. Komitmen terhadap pekerjaan. Salah satu cara untuk memperoleh arti dari
kehidupan adalah dengan nilai-nilai daya cipta, memberi sesuatu kepada dunia,
dan nilai ini dengan sangat baik diungkapkan melalui pekerjaan atau tugas
seseorang.
3. Kemampuan memberi dan menerima cinta. Apabila kita dicintai, kita menjadi
orang yang sangat diperlukan dan tidak dapat diganti. Apabila kita mencintai,
kita dapat membuat orang yang dicintai sanggup merealisasikan potensi-potensi
yang belum dimanfaatkan dengan menyadarkan mereka tentang potensi mereka untuk
menjadi apa.
C. Pendalaman materi
Setelah
menyampaikan materi di atas, kemudian peserta diajak untuk mendalami materi
tersebut dengan pertanyaan
Bahan diskusi
kelompok:
1. Menurut anda
siapa orang muda katolik itu?
2. Apa saja yang
seharusnya dilakukan oleh orang muda Katolik dalam hidup menggereja?
3. Bagaimana ciri
orang muda yang mengenali diri dan mampu mengembangkan kepribadian?
4. Apa yang dimaksud
dengan “orang Muda yang Mengatasi Diri ”?
5. Menurutmu apa
yang seharusnya dilakukan oleh orang muda katolik untuk menjadi “Orang Muda
yang Mengatasi Diri”?
D. Pendalaman materi
Bacaan Kitab Suci Orang Muda dalam Kitab Suci (Matius 19:16-22)
Ada
seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah
yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus:
"Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya
Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah
segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang
mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri,
jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu
kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau
engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu
kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian
datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar
perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya (Matius
19:16-22)
1.
Apakah realita hidup itu masih dapat di
temui sampai sekarang? Kalau masih berikan contohnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar