Minggu, 26 April 2020

“Orang Muda Katolik yang Mengatasi Diri”


“Orang Muda Katolik yang Mengatasi Diri”

I.       Latar Belakang
Seperti yang telah kita lihat sekarang banyak sekali kaum muda yang terbawa arus karena ingin mengikuti zaman yang sangat modern seperti saat ini. Sampai-sampai mereka melakukan hal-hal yang merugikan mereka sendiri Kenakalan rejama/kaum muda dewasa ini memang ada yang tidak batasnya sehingga mereka jatuh ke hal-hal yang berbau (narkoba, dan tauran, juga mengomsumsi minuman keras (miras,dan banyak kaum muda yang terlibat pergaulan yang tidak sehat ada juga terlibat seks bebas dst)dan hal ini mereka lakukan semata-mata demi menunjukkan bahwa mereka telah mengikuti ternnya zaman ini.Kaum muda  adalah generasi penerus bangsa dan Gereja. Untuk dapat menjadi penerus bangsa dan Gereja yang baik, salah satu yang dapat dilakukan adalah ‘mengatasi diri”.dengan menjadikan dirinya yang siap di pakai oleh gereja dan di segani masyarakat kaum muda memang harus sehat dan tidak terlibat hal-hal yang merugikan kaum muda sendiri. Dengan menghindari hal yang membuat kaum muda yang baik. Sebaiknya kaum muda di berikan penyegaran rohani dan sebagainya.


a.   Siapa Orang Muda Katolik itu ?
Orang muda adalah sekelompok orang atau anggota masyarakat yang berusia 15 tahun samapi sekitar 25 tahun, yang mempunyai sifat tersendiri yang terkadang kontroversial. Orang muda biasanya berada pada masa peralihan dari masa nak-anak menuju dewasa, yang berarti ada perubahan dari masa tergantung ke masa pertanggung jawab penuh. Dapat juga dikatakan terjadinya perubahan dari keasyikkan pada diri sendiri sosial (bersama orang lain) sebagai bagian dari kesadaran menuju realitas sosial (kedewasaan diri).
Orang muda katolik mendapat sorotan khusus dari para pemuka agama sebagaimana dikemukaan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam pesannya pada tahun 1998. Pertanyaan seberapa jauh kita mengenal kaum muda muncul setiap kali terjadi kesalah pahaman dan ketidak pengertian sepak terjang mereka. Pembinaan hidup rohani dan mental mereka haruslah dimulai dengan menjawab pertanyaan mendasar. Upaya untuk membina orang muda terlebih dalam hidup beragama adalah hal yang mulia. Sangat disayangkan kemauan yang baik dari mereka belum tentu membuahkan hasil yang baik. Diperlukan langkah-langkah yang baik pula untuk mewujudkannya. Memahami orang muda merupakan langkah awal untuk upaya pembinaan hidup beragama mereka.

b.    Mengenali Diri dan Mengembangkan Kepribadian
Setiap manusia normal cenderung mengharapkan dirinya berkembang menjadi lebih baik lagi, apa pun profesinya. W Stern mengemukakan Teori Konvergensi yang mengatakan kepribadian manusia terbentuk sebagai hasil interaksi. Jadi, hasil interaksi dari potensi yang dimiliki manusia dan seberapa besar lingkungan mempengaruhi perwujudan potensi yang dimiliki. Kalau berbicara mengenai "potensi", kita tidak bisa berbuat banyak, karena potensi manusia memang sudah terberi. Yang dapat diupayakan adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang ada agar berfungsi sesuai dengan peran yang harus kita jalankan. Dalam hal ini, Harry Ingham dan Joseph Luft dalam Johari Window-nya (nama Johari berasal dari Joseph Luft dan Harrington Ingham) menyatakan bahwa manusia memiliki empat daerah pengenalan diri yaitu : 
Diri terbuka, Diri terlena, Diri tersembunyi, Diri yang tidak dikenal siapa pun.
Keempat hal di atas digambarkan sebagai berikut.

1.    Diri terbuka à Bagian diri yang disadari oleh diri sendiri dan ditampilkan kepada orang lain atas kemauan sendiri. Misalnya: perasaan, pendapat dan pikiran yang dipilih untuk disampaikan kepada orang lain. Juga hal-hal yang tidak dapat ditutupi terhadap orang lain, seperti muka, bentuk badan, umur yang tampak pada keadaan badan (tua, muda).
2.     Diri terlena à Bagian diri yang tanpa disadari diri sendiri, tertutup terhadap dirinya, tetapi tersampaikan kepada orang lain atau diketahui oleh orang lain. Misalnya: kebiasaan-kebiasaan, sifat-sifat, dan kemampuan tertentu yang tidak disadari ada pada diri sendiri, yang sering berpengaruh (positif atau negatif) dalam berhubungan dengan orang lain (misalnya sering membuat interupsi, kurang memperhatikan perasaan orang lain, senang membantah, membanggakan diri, dan sebagainya).
3.    Diri tersembunyi à Bagian diri yang disadari oleh diri sendiri, tetapi secara sadar ditutup-tutupi atau disembunyikan terhadap orang lain. Mungkin juga orang tidak tahu bagaimana menyampaikan dirinya kepada orang lain. Misalnya: tidak setuju tentang pendapat orang lain, tetapi tidak dapat menyampaikan hal itu), atau karena kalau disampaikan akan membuat malu diri sendiri, misalnya perasaan ketidakpastian, keinginan yang rahasia, dan sebagainya.
4.    Diri yang tak dikenal oleh diri sendiri dan oleh orang lain à Bagian diri yang tidak dikenal diri sendiri dan orang lain ini berupa motif, kebutuhan yang tidak disadari, terlupakan atau didesak ke bawah sadar sehingga tidak dikenal lagi dan masih mempengaruhi tindakan orang dalam berhubungan dengan orang lain.

           Untuk dirinya perlu dikembangkan kepercayaan dengan jalan membuka 
diri terhadap pendapat, perasaan, dan pikiran orang lain, artinya membuka jalan bagi orang lain untuk memberikan umpan balik kepada dia sehingga bidang diri terbuka,melebar dan akan timbul perbaikan dalam hubungan dengan orang lain. Mengenali diri maksudnya adalah memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri yang tepat dengan menyadari segi keunggulan yang dimiliki maupun segi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri.
Umpan balik merupakan proses di mana seseorang memberi tahu berdasarkan pengamatan dan perasaannya tentang tingkah laku seseorang guna membantu perkembangan pribadi orang itu. Beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan sebagai upaya perubahan sikap adalah memiliki motivasi kuat untuk berkembang, memiliki antusiasme dengan cara berpikir positif, bersedia belajar meyakini dan menghargai kemampuan diri, berupaya meningkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan diri sendiri, berupaya tidak membiarkan perkecualian terjadi, sebelum kebiasaan baru berakar pada kehidupan, dan bersikap rajin berlatih pada setiap kesempatan diperoleh. Pengembangan kepribadian Kecuali modal pegangan tersebut diatas, untuk mengembangkan diri perlu dipertimbangkan juga faktor di bawah ini:
2. Faktor penghambat yang
 berasal dari lingkungan dan sistem yang dianut. Kadang-kadang sistem yang berlaku dalam lingkungan kita, apakah dalam pekerjaan pendidikan atau lingkungan sosial di mana kita berada, tanpa disadari menghambat pengembangan diri kita, misalnya diberlakukannya sistem senioritas dalam jenjang jabatan di mana kita bekerja. Tanggapan atau sikap/kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan. Kadang-kadang tradisi atau kebiasaan yang berlaku menghambat perwujudan dari perkembangan diri seseorang.
3. Faktor penghambat yang berasal dari diri individu sendiri. àFaktor tujuan hidup yang tidak/belum tergambar dengan jelas. Faktor motivasi dan faktor keengganan untuk menelaah diri. Kadang-kadang manusia takut untuk menerima kenyataan bahwa ia memiliki kekurangan ataupun kelebihan pada dirinya. Faktor usia. Kadang-kadang orang yang sudah tua dalam usia tidak melihat bahwa kearifan dan kebijaksanaan dapat dicapainya. Mereka cenderung memandang bahwa usia muda lebih hebat karena produktif. Memang banyak aspek penghambat pengembangan kepribadian kita, namun sebenarnya masalah utamanya terletak pada jawaban kita terhadap pertanyaan, "Benarkah kita berkeinginan untuk mengembangkan diri kita?.
            Menurut Frankl hidup tidak memiliki makna dengan sendirinya, manusialah yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup itu. Bahkan Frankl mengemukakan bahwa kematian pun memberikan makna pada keberadaan manusia. Jika manusia tidak akan pernah mati, maka manusia bisa menunda tindakan untuk selamanya dan yang menentukan kebermaknaan hidup seseorang bukan lamanya, melainkan bagaimana orang itu hidup. Hakekat dari eksistensi manusia terdiri dari 3 faktor, yaitu:
1.  Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan, tidak dapat diterangkan dengan istilah – istilah material (benda), meskipun dapat dipengaruhi oleh dunia material, namun tidak dihasilkan atau disebabkan oleh dunia material itu. Menurutnya lebih baik jika dapat dipikirkan sebagai roh atau jiwa.
2. Kebebasan adalah adanya suatu keadaan dimana manusia tidak didikte atau dituntun oleh faktor – faktor non spiritual, insting, warisan kita yang khusus atau kondisi lingkungan.
3. Tanggung jawab adalah  tindakan yang tidak cukup merasa bebas untuk memilih namun manusia juga harus menerima tanggung jawab terhadap pilihan tersebut.
Untuk mencapai dan menggunakan spiritualitas, kebebasan dan tanggung jawab semuanya tergantung pilihan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Tanpa ketiga – tiganya tidak mungkin menemukan arti dan maksud dalam kehidupan. Dalam sistem Frankl, ada satu dorongan yang fundamental yakni kemauan akan arti yang kuat hingga mampu mengalahkan semua dorongan lain pada manusia. Tanpa arti untuk kehidupan, tidak ada alasan untuk meneruskan kehidupan. Arti kehidupan sangat istimewa dan unik bagi setiap individu sehingga arti kehidupan menjadi berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain bahkan dari momen yang satu ke momen berikutnya. Karena adanya perbedaan tersebut maka setiap orang harus menemukan caranya sendiri untuk memberikan respon. Kaitannya dengan kepribadian, menurut Frankl, suatu kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai dan apa yang harus dicapai dimana orang – orang yang sehat selalu memperjuangkan tujuan yang akan memberikan arti tersebut. Ada 3 cara yang untuk menuntun pada pencarian arti kehidupan, yaitu:
1. Dengan memberi kepada dunia lewat suatu ciptaan / karya.
2. Dengan mengambil sesuatu dari dunia melalui pengalaman
3. Dengan sikap yang diambil manusia dalam menyikapi penderitaan.
Ketiga cara tersebut kemudian terkait dengan tiga sistem nilai dalam pemberian arti kepada kehidupan, yaitu:
1.  Nilai – nilai daya cipta; yang menyangkut pemberian kepada dunia, diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif. Arti diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani orang – orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu.
2. Nilai – nilai pengalaman, menyangkut penerimaan dari dunia, diwujudakan dengan menyerahkan diri kepada keindahan yang ada di alam sekitar atau seni. Yang menentukan bukan berapa banyak puncak yang kita capai atau berapa lama seseorang tinggal dalam tingkatan pencapaian tersebut namun intensitas yang kita alami terhadap hal – hal yang kita miliki. 
3. Nilai-nilai sikap. Situasi-situasi yang menimbulkan nilai-nilai sikap ialah situasi-siatuasi dimana manusia tak mampu mengubah atau menghindari situasi tersebut. Apabila dihadapkan dalam situasi ini maka satu-satunya cara untuk menyikapinya adalah menerima situasi tersebut. Cara bagaiman manusia menerima situasi tersebut, keberanian dalam menahan penderitaan tersebut, kebijaksanaan yang kita perlihatkan ketika berhadapan dengan bencana marupakan ujian dan ukuran terakhir dari pemenuhan kita sebagai manusia.
Orang-orang yang menemukan arti dalam kehidupan mencapai keadaan transedensi diri, keadaan yang terakhir untuk kepribadian yang sehat. Menjadi manusia sepenuhnya berarti mengadakan hubungan dengan seseorang atau orang lain di luar diri sendiri. Frankl tidak menyajikan suatu daftar dari sifat-sifat kepribadian yang sehat. Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan orang-orang macam apakah mereka itu :
1.  Mereka bebas memilih tindakan mereka sendiri
2. Mereka secara pribadi bertanggung jawab terhadap tingkah laku hidup mereka dan sikap yang mereka anut terhadap nasib mereka 
3.  Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar diri mereka
4.  Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok dengan mereka 
5.  Mereka secara sadar mengontrol kehidupan mereka
6.  Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman, atau nilai-nilai sikap
7.  Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri

Ada beberapa sifat lain dari kepribadian-kepribadian yang sehat, di antaranya :
1.  Mereka berorientasi ke masa depan, diarahkan pada tujuan-tujuan dan tugas-tugas yang akan datang. 
2.  Komitmen terhadap pekerjaan. Salah satu cara untuk memperoleh arti dari kehidupan adalah dengan nilai-nilai daya cipta, memberi sesuatu kepada dunia, dan nilai ini dengan sangat baik diungkapkan melalui pekerjaan atau tugas seseorang. 
3.  Kemampuan memberi dan menerima cinta. Apabila kita dicintai, kita menjadi orang yang sangat diperlukan dan tidak dapat diganti. Apabila kita mencintai, kita dapat membuat orang yang dicintai sanggup merealisasikan potensi-potensi yang belum dimanfaatkan dengan menyadarkan mereka tentang potensi mereka untuk menjadi apa.

C. Pendalaman materi
Setelah menyampaikan materi di atas, kemudian peserta diajak untuk mendalami materi tersebut dengan pertanyaan
Bahan diskusi kelompok:
1. Menurut anda siapa orang muda katolik itu?
2. Apa saja yang seharusnya dilakukan oleh orang muda Katolik dalam hidup menggereja?
3. Bagaimana ciri orang muda yang mengenali diri dan mampu mengembangkan kepribadian?
4. Apa yang dimaksud dengan “orang Muda  yang Mengatasi Diri ”?
5. Menurutmu apa yang seharusnya dilakukan oleh orang muda katolik untuk menjadi “Orang Muda yang Mengatasi Diri”?

  
D. Pendalaman materi
Bacaan Kitab  Suci Orang Muda dalam Kitab Suci (Matius 19:16-22)
Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya (Matius 19:16-22)


1.     Apakah realita hidup itu masih dapat di temui sampai sekarang? Kalau masih berikan contohnya!

Tidak ada komentar:

Belajar Menulis "Menunggu..."

Pelatihan Belajar Menulis Menulis di Kompasiana   Tak terasa sudah beranjak malam, ketika saya keluar dari ruang perawatan di salah sa...