Tugas Gereja Menjadi Saksi (Martyria)
Kata saksi sering
diartikan sebagai orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa
(kejadian). Saksi menunjuk pada personal atau pribadi seseorang yakni pribadi
yang mengetahui atau mengalami dan mampu memberikan keterangan yang benar.
Menjadi saksi Kristus berarti
menyampaikan atau menunjukan apa yang dialami dan diketahui tenang Yesus
Kristus kepada orang lain. Penyampaian ini bisa melalui kata-kata (kerygma),
sikap atau tindakan nyata.
Injil pertama-tama diwartakan dengan
kesaksian, yakni diwartakan dengan tingkah laku dan peri hidup. Gereja juga
mewartakan Injil kepada dunia dengan kesaksian hidupnya yang setia kepada Tuhan
Yesus. Para murid memang dipanggil supaya mereka menjadi saksi-Nya
mulai dari Yerusalem yang kemudian berkembang ke seluruh Yudea dan Samaria,
bahkan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8). Pada waktu itu yang dimaksud dengan
ujung bumi adalah Roma. Dengan sampainya pewartaan Injil di Roma, maka diyakini
bahwa pewartaan Injil juga akan sampai ke ujung bumi, seluruh dunia.
Banyak sekali martir dalam sejarah gereja, mereka yang mati karena mempertahankan imannya pada Kristus. Misalnya, Stefanus martir pertama, yang dibunuh di luar tembok Yerusalem setelah berkotbah tentang Yesus. St. Ursula, Putri Inggris tewas dibunuh oleh kelompok pemberontak di hutan Prancis, karena mempertahankan iman dan keperawanannya.St. Petrus mati dibunuh di kota Roma dengan cara disalibkan terbalik. Uskup Oscar Romerodari El-Savador – Amerika Selatan, tewas ditembak karena perjuangannya menentang tindakan represif para tentara terhadap rakyat, demikian pula Uskup Don Helder Camara di Brasil. Banyak lagi orang yang tewas karena mereka adalah pengikut Kristus.
Ada dua jenis Martir :
1. Martir
Putih : Mereka yang dengan tegas dan tegar bersaksi tentang kristus, meskipun
menerima banyak penderitaan, namun mereka tidak sampai mengurbankan nyawa.
2. Martir
Merah : mereka yang wafat karena bersaksi tentang Kristus atau karena tetap
setiap pada imannya.
Tugas Gereja Menjadi Melayani (Diakonia)
Latar Belakang. Ciri cinta kasih
gereja tampak sangat nyata dalam sikap utamanya yakni melayani. Inilah salah
satu pesan utama Yesus Kristus setelah Ekaristi pada malam perjamuan terakhir.
Yesus menanggalkan jubah tuan-Nya, lalu mengikatkan kain lenan pada pinggangnya
seperti yang dilakukan para pelayanan. Lalau mulailah dia melakukan pekerjaan
para hamba : mencuci kaki murid-muridnya. Tentu saja murid tersentak kaget,
Petrus dengan terang menolak. Tapi Yesus bilang kalau dia tidak mau dicuci
kakinya maka tidak pantas menjadi murid-Nya, sebab semua murid-Nya
harus melakukan hal serupa kepada sesamanya. (Yohanes 13: 1 –
20) Kisah penuh emosional ini sungguh menyentuh hati para Rasul, maka
mereka semua bekerja sungguh-sungguh dalam pelayanan, menjadi hamba di antara
para hamba. (Lukas 17:10) bahkan bersedia mati untuk itu. Mereka semua, kecuali
Yohanes, memang akhirnya jadi martir demi Kristus.
Dasar Pelayanan dalam Gereja
Dasar pelayanan dalam Gereja adalah
semangat pelayanan Kristus sendiri. Pelayanan Kristiani adalah sikap pokok para
pengikut Yesus. Dengan kata lain, melayani sesama adalah tanggung jawab setiap
orang Kristiani sebagai konsekuen dalam imannya.
Ciri-ciri Pelayanan Gereja
a. Bersikap sebagai
pelayan.
Mereka tidak protes, mereka melakukan
apapun HARUS (sanggup atau tidak, ikhlas atau terpaksa) dilakukan, siap untuk
diperlakukan sebagai hamba yang tidak berguna yang hanya siap melaksanakan
semua tugas. (Lukas 17:10)
b. Tetap Setia pada
Kristus.
Melihat beratnya ciri pertama di
atas, maka sangat penting untuk kita dekat dan bersatu pada Kristus sumber
kekuatan. Dari-Nya kita akan mendapat penghiburan dan kekuatan untuk
melaksanakan tugas yang sering melampui kemampuan kita sebagai manusia. Tuhan
pun tahu, tugas para murid-Nya ini berat, maka Dia berjanji untuk berserta kita
SELALU sampai akir zaman (Matius 28:20)
c. Sasaran
utamanya terutama adalah kaum miskin – Option for the Poor.
Keadilan jangan berpihak kepada
siapapun termasuk yang miskin, tapi pelayanan harus tetap mengutamakan kaum
miskin, terpinggir dan tidak beruntung hidupnya. Pelayanan itu bukan saja
karikatif – rumah sakit murah, memberi makan, tapi juga memberikan pendidikan
agar mereka dapat mandiri dan juga mereformasi system politik agar membela
hidup mereka.
d. Rendah
Hati.
Ini adalah ciri utama pelayan. Seumur hidupnya dia harus tetap
melihat dirinya sebagai pelayan (ciri nomor a di atas). Pelayan
boleh bangga, bersyukur dan kagum pada hasil kerjanya, tapi tidak boleh
sombong. Untuk setiap hasil yang baik atau tidak, dia bersyukur sebab telah
ikut ambil bagian dalam karya Allah. (Roma 15:17. Jadi dalam
Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah).
Dalam
Gereja ada Diakon yang punya tugas khusus untuk melayani. Namun semua umat
dituntut untuk memiliki sikap melayani dalam pelbagai macam cara hidup mereka.
Misalnya:
A. Di
bidang Transformatif : kebudayaan dan pendidikan.
Gereja berusaha terus membangun
peradaban manusia (trans – melewati dan form – bentuk), melewati jaman sambil
terus memperkenalkan nilai-nilai kerajaan Allah. Jalan paling ampuh adalah
lewat budaya dan pendidikan. Maka muncullah sekolah-sekolah Katolik, bukan
untuk mengkatolikan tapi untuk membangun manusia yang beradap – memiliki cinta
kasih dan rasionalitas baik. Di Indonesia banyak sekali pemikir dan budayawan
Katolik yang berpengaruh. Misalnya, Rm. Drost SJ, Rm.
Mangunwijaya(sastrawan, budayawan dan pendidik), Rm. Sinduanta (wartawan,
budayawan), Rm. Mudjisutrisno(budayawan dan pendidik), dan masih
banyak yang lainnya. Di negeri ini Institusi Pendidikan Katolik selalu menjadi
patokan kemajuan pendidikan Indonesia.
B. Di
bidang Karikatif : kesejahteraan. (Charitas – kasih ; care – merawat)
Bidang ini meliputi pelayanan di
bidang kesehatan, misalnya mendirikan rumah sakit atau klinik, atau
lembaga-lembaga sosial ekonomi seperti koperasi Credit Union (CU). Misalnya, CU
Melania di Bandung yang sudah beromset ratusan miliaran, tidak saja melayani
umat gereja tapi terbuka kepada siapa saja yang mau ikut. Atau karya karikatif
terhadap orang-orang jompo. Di bidang ini kita kenal Mather Teresadari
Kalkuta, St. Damianus, dokter perawat kusta di kep. Molokai.
C. Di
bidang Reformatif : bidang politik dan hukum (reform : membentuk
kembali)
Peran
gereja adalah menjaga tata dunia ini agar menyerupai dunia Kerajaan Allah yang
penuh kasih, damai, sejahtera, adil, jujur dan benar. Tanpa kekerasan. Karena
itu gereja mengutus para imam dan terutama para awam untuk menjadi
garam dan terang dunia di dunia Politik dan Hukum. Mengapa kedua
bidang ini, sebab politik dan hukumlah yang menguasai suatu bangsa.
Pada
bidang ini kita kenal Rm. Magnis Suseno (Penulis dan Pengajar
Etika Politik), kini ada Ignatius Jonan di Kabinet Kerja
Jokowi yang memajukan system Kreta Api Indonesia.
Perhatikan perbedaan berikut.
Pekerja
|
Pelayan
|
Orientasinya adalah uang
|
Oritentasinya Berkat
|
Bahagia jika jabatan / gaji naik.
|
Bahagia jika dirinya makin berarti untuk orang lain.
|
Kerja berdasarkan jam kerja.
|
Siap sedia kapan pun dibutuhkan.
|
Kemajuan perusahan / usaha berarti kesejahteraan pekerjanya.
|
Kebahagiaan orang lain berarti kemuliaan Tuhan dan kebagiaan
batin pribadi.
|
Saya harus mendekati orang lain sebab saya membutuhkan mereka.
|
Saya mendekati mendekati orang lain sebab mereka membutuhkan
saya.
|
Saya harus mendapatkan apa yang mereka punya.
|
Mereka harus mendapatkan apa yang saya punya.
|
Harus selektif memilih patner atau sasaran pelanggan.
Jauhi yang tidak berdaya / miskin.
|
Semua orang patut pendapat pelayanan, terutama yang tidak
berdaya / miskin
|
Untuk memahami Tugas Gereja Menjadi Saksi dan Tugas
Gereja Melayani, jawablah pertanyaan melalui Link https://forms.gle/jpMNDtVb4WRRHEhJA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar