Senin, 23 September 2019

Heirarki dan Awam


1.      Dasar Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja
Kepemimpinan dalam Gereja pada dasarnya diserahkan pada hierarki. Menurut ajaran resmi Gereja, hierarki dan struktur hierarkis berasal dari Kristus. Maka konsili mengajarkan bahwa “atas penetapan Ilahhi, para uskup menggantikan para uskup menggantikan para rasul sebagai penggembala Gereja” (Lumen Gentium, art. 20). “Konsili suci ini mengajarkan dan mengatakan bahwa Yesus Kristus, Gembala kekal, telah mendirikan Gereja Kudus, dengan mengutus para rasul seperti Ia sendiri diutus oleh Bapa (lih. Yoh 20:21). Para pengganti mereka, yakni para uskup dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman (lih. Lumen Gentium, art. 18). Struktur hierarkis bukanlah sesuatu yang ditambahkan atau dikembangkan dalam sejarah gereja saja. Menurut ajaran Konsili Vatikan II, struktur itu dikehendaki Tuhan dan akhirnya berasal dari Tuhan Yesus sendiri.

Pernyataan “atas penetapan Ilahi para uskup menggantikan para rasul” harus dimengerti dengan baik. Yang dimaksudkan ialah bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbullah kelompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam Gereja Perdana atau Gereja Para Rasul, yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi, dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan awal abad kedua, secara prinsip terbentuklah hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja sekarang. Wujud Gereja Perdana beserta struktur kepemimpinannya menjadi patokan bagi perkembangan Gereja selanjutnya.

2.      Struktur Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja
Secara struktural kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai berikut.
a.       Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya
Pada akhir masa Gereja Perdana, sudah diterima bahwa para uskup adalah pengganti para rasul. Tetapi tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena ada dua belas rasul). Bukan rasul satu per satu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para uskup. Tugas dewan para uskup adalah menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang menjadi uskup, karena diterima dalam dewan itu.
Ketika Kristus mengangkat dua belas rasul, Ia membentuk mereka menjadi semacam dewan atau badan yang tetap. Sebagai ketua dewan, diangkat-Nya Petrus yang dipilih dari antara mereka.
Seperti Santo Petrus dan para rasul lainnya yang atas penetapan Tuhan merupakan satu dewan para rasul, demikian pula Paus, pengganti Petrus, bersama para uskup, pengganti rasul, merupakan suatu himpunan yang serupa.
b.      Paus
Konsili Vatikan II menegaskan : “Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah berwibawa, bila bersatu dengan imam agung di roma, pengganti Petrus, sebagai kepalanya dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi, dan universal terhadap Gereja, dan kuasa itu selalu dapat dijalankannya dengan bebas (lihLumen Gentium, art. 22).
Penegasan itu didasarkan pada kenyataan bahwa Kristus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para rasul lainnya. Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul. Paus, pengganti Petrus, adalah pemimpin para uskup.
c.       Uskup
Konsili Vatikan II merumuskan dengan jelas. “Masing-masing uskup menjadi asas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya” (Lumen Gentium, art. 23). Tugas pokok uskup adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas pemersatu itu selanjutnya dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan gereja, yaitu tugas pewartaan, perayaan, dan pelayanan, dimana dimungkinkan komunikasi iman dalam Gereja. Tugas utama dan terpenting dari para uskup adalah pewartaan Injil (lih. Lumen Gentium, art. 25).
d.      Pembantu Uskup : Imam dan Diakon
Para Imam adalah wakil uskup. Di setiap jemaat setempat dalam arti tertentu, imam menghadirkan uskup. Tugas konkret para imam sama seperti uskup. Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil dan menggembalakan umat beriman.
Para diakon : Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan (lih. Lumen Gentium, art. 29). Para diakon adalah pembantu khusus uskup di bidang materi, sedangkan imam pembantu umum.
NB Kardinal bukan jabatan hierarkis dan tidak termasuk dalam struktur hierarki. Kardinal adalah penasihat utama Paus, membantu Paus terutama dalam reksa harian seluruh Gereja. Para kardinal membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120 orang yang dibawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus dengan bebas.

3.      Fungsi Khusus Hierarkis
Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi, imam, dan raja (tugas mengajar, menguduskan, dan menggembalakan). Tetapi umat tidak bersifat seragam, maka Gereja mengenal pembagian tugas dan tiap komponen umat (hierarki, biarawan, biarawati, awam) menjalankan tugas dengan cara yang berbeda. Fungsi khusus hierarki ialah
a.       Menjalankan tugas gerejani, yakni tugas-tugas yang secara langsung dan eksplisit menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti : melayani sakramen-sakramen, mengajar agama, dan sebagainya.
b.      Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarki mempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat, dan teladan.

4.      Corak Kepemimpinan dalam Gereja
a.       Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan khusus, dimana campur tangan Tuhan merupakan unsur yang dominan. Oleh sebab itu, kepemimpinan dalam Gereja tidak diangkat oleh manusia berdasarkan suatu bakat, kecakapan atau prestasi tertentu. Kepemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diperjuangkan oleh manusia, tetapi di dalam Gereja tidaklah demikian.
b.      Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni-murninya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri. Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Kepemimpinan untuk menjadi orang yang terakhir, bukan yang pertama. Kepemimpinan untuk mencuci kaki sesama saudara. Ia adalah pelayan (Paus dikatakan : Servus Servorum Dei = Hamba dari hamba-hamba Allah). Kepemimpinan dalam masyarakat diangkat untuk memerintah dalam arti yang sesungguhnya. Ia memiliki kedudukan yang “pertama”. Kepemimpinan dalam masyarakat merupakan suatu “pangkat”, tidaklah demikian dalam Gereja.
c.       Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapus oleh manusia. Kepemimpinan masyarakat dapat diturunkan oleh manusia karena ia memang diangkat dan diteguhkan oleh manusia.

5.    Hubungan Awam dan Hirarki sebagai Patner Kerja

Sesuai dengan ajaran Konsili vatikan II, rohaniwan (hirarki) dan awam memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah.

1. Pengertian Awam
Yang dimaksud dengan kaum awam adalah semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja (lih. LG 31).
Definisi awam dalam praktek dan dalam dokumen-dokumen Gereja ternyata mempunyai 2 macam: Definisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. 
Jadi, awam meliputi biarawan/wati seperti suster dan bruder yang tidak menerima tahbisan suci. Definisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan/wati. Maka dari itu awam tidak mencakup para suster dan bruder Definisi ini dikutip dari Lumen Gentium yang rupanya menggunakan definisi tipologis. Dan untuk selanjutnya istila “awam” yang digunakan adalah sesuai dengan penegrtian tipologis di atas

2. Pranan Awam
Peranan Awam sering disitilahkan sebagai Kerasulan Awam yang tugasnya dibedakan sebagai Kerasulan internal dan eksternal. Kerasulan internal atau kerasulan “di dalam Gereja” adalah kerasulan membangun jemaat. Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran hirarkis, walaupun awam dituntut juga untuk mengambil bagian di dalamnya. Kerasulan eksternal atau kerasulan “dalam tata dunia” lebih diperani oleh para awam. Namun harus disadari bahwa kerasulan dalam Gereja bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini Berikut akan diuraikan peranan awam dalam kerasulan eksternal dan internal

a.    Kerasulan dalam tata Dunia (eksternal)
Berdasarkan panggilan khasnya, awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka dipanggil Allah agar sambil menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat Injil. Mereka dapat menguduskan dunia dari dalam laksana ragi (lih. LG 31)Kaum awam dapat menjalankan kerasulannya dengan kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam “tata dunia” sedemikian rupa sehingga kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang karya Kristus dan melayani keselamatan manusia Dengan kata lain “tata dunia” adalah medan bakti khas kaum aam. Hidup keluarga dan masyarakat yang bergumul dalam bidang-bidang ipoleksosbudhamkamnas hendaknya menjadi medan bakti mereka. Cukup lama, bahkan samapai sekarang ini, masih banyak di antara kita yang melihat kerasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan kerasulan. Mereka menyangka bahwa kerasulan hanya berurusan dengan hal-hal rohani yang sacral, kudus, serba keagamaan, dan yang menyangkut kegiatan-kegiatan dalam lingkup Gereja. Dengan paham gereja sebagai “Tanda dan Sarana Keselamatan Dunia” yang dimunculkan oleh gaudium et Spest, di mana otonomi dunia dan sifatnya yang secular diakui, maka dunia dan lingkungannya mulai diterima sebagai patner dialog dapat saling memperkaya diri. Orang mulai menyadari bahwa menjalankan tugas-tugas duniawi tidak hanya berdasrkan alas an kewargaan dalam masyarakat atau Negara saja, tetapi juga karena dorongan iman dan tugas kerasulan kita, asalkan dengan motivasi yang baik. Iman tidak hanya menghubungkan kita dengan Tuhan, tetapi sekaligus juga menghubungkan kita dengan sesame kita di dunia ini

b.    Kerasulan dalam Gereja (internal)
Karena Gereja itu Umat Allah, maka Gereja harus sungguh-sungguh menjadi Umat Allah. Ia hendaknya mengkonsolidasi diri untuk benar-benar menjadi Umat Allah itu. Ini adalah tugas membangun gereja. Tugas ini dapat disebut kerasulan internal. Tugas ini pada dasrnya dipercayakan kepada golongan hirarkis (kerasulan hirarkis), tetapi awam dituntut pula untuk ambil bagian di dalamnya. Keterlibatan awam dalam tugas membangun gereja ini bukanlah karena menjadi perpanjangan tangan dari hirarki atau ditugaskan hirarki, tetapi karena pembabtisan ia mendapat tugas itu dari Kristus. Awam hendaknya berpartisipasi dalam tri tugas gereja.
1)      Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang awam dapat mengajar agama, sebagai katekis, memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci atau pendalaman iman, dsb
2)      Dalam tugas imamiah (menguduskan), seorang awam dapat
Memimpin doa dalam pertemuan umat, Memimpin koor atau nyanyian dalam ibadah, Membagi komuni sebagi prodiakon, Menjadi pelayan putra Altar, dsb
3)      Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang awam dapat:
Menjadi angota dewan paroki, Menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah, dsb

c. Hubungan Awam dan Hirarki
       Mengenai hubungan antara awam dan hiraki, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1)   Gereja sebagai Umat Allah
Keyakinan bahwa semua anggota warga Gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan komponen yang lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen daam hidup dan karya semua anggota Gereja.
2)   Setiap Komponen Gereja memiliki Fungsi yang khas
Setiap komponen Gereja memiliki fungs yang khas. Hirarki yang bertugas memimpin (melayani) dan mempersatuakan Umat Allah. Biarawan/wati dengan kaul-kaulnya mengarahkan Umat Allah pada dunia yang akan dating (eskatologis). Para awam bertugas merasul dalam tata dunia. Mereka menjadi rasul dalam keluarga-keluarga dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosobudhamkamnas. Jika setiap komponen gereja menjalankan fungsinya msing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti terjamin.
3)   Kerja sama
Walaupun tiap komponen memiliki funsinya masing-masing, namun untuk bidang-bidang tertentu, terlebih dalam kerasulan internal yaitu membangun hidup menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen.Dalam hal ini hendaknya hirarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan. Pimpinan tertahbis, yaitu dewan diakon, dewan presbyter, dan dewan uskup tidak berfungsi untuk mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka, melainkan untuk menyatukan rupa-rupa tipe, jenis, dan fungsi pelayanan (charisma( yang ada.Hirarki berperan untuk memelihara keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak tugas pelayanan. Para pemimpin tertahbis memperhatikan serta memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena itu, tidak mengherankan bahwa di antara mereka termasuk dalam dewan hirarki ini ada yang bertanggungjawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan sakramen-sakramen.


Struktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para imam serta diakon sebagai pembantu uskup

1. Para Rasul
Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok keduabelas rasul. Inilah kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti Paulus juga menyebutnya kelompok itu " mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku" (Gal 1:17). Demikian juga Paulus pun seorang rasul, sebagaimana dalam Kitab Suci (1Kor 9:1, 15:9, dsb) Pada akhir perkembangannya ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia, yang mengenal "penilik" (Episkopos), "penatua" (presbyteros), dan "pelayan" (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur Hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon.
  
2. Dewan Para Uskup
Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II (LG 20). Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena duabelas rasul). Disini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. hal tersebut juga di pertegas dalam Konsili Vatikan II (LG 20 dan LG 22). Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena diterima kedalam dewan itu. itulah Tahbisan uskup, "Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepada maupun para anggota dewan" (LG 22). Sebagai sifat kolegial ini, tahbisan uskup belalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima kedalam dewan para uskup (LG 21).

3. Paus
Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup. Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma pertama. Karena itu Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan tradisi, uskup roma itu pengganti petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma, dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus. hal ini dapat kita lihat dalam sabda Yesus sendiri :  "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:17-19).

4. Uskup
Paus adalah juga seorang uskup. kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia ketua dewan para uskup. Tugas pokok uskup ditempatnya sendiri dan Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat.Tugas itu boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup "dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing" (LG 27).  Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan dan pelayanan. Maka dalam tiga bidang itu para uskup, dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya. "Diantara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injilah yang terpenting" (LG 25). Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.

5. Imam
Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut "pastor kepala" pada zaman itu. dan imam-imam "pastor pembantu", lama kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan Demikian, para uskup semakin diserap oleh tugas oraganisasi dan administrasi. Tetapi itu sebetulnya tidak menyangkut tugasnya sendiri sebagai uskup, melainkan cara melaksanakannya. sehingga uskup sebagai pemimpin Gereja lokal, jarang kelihatan ditengah-tengah umat. melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. "Di masing-masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ mereka" (LG 28). Tugas konkret mereka sama seperti uskup: "Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi"

6. Diakon

"Pada tingkat hiererki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan 'bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan'" (LG29). Mereka pembantu uskup tetapi tidak mewakilinya. Para uskup mempunyai 2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan pembantu khusus (disebut diakon). 


Tidak ada komentar:

Belajar Menulis "Menunggu..."

Pelatihan Belajar Menulis Menulis di Kompasiana   Tak terasa sudah beranjak malam, ketika saya keluar dari ruang perawatan di salah sa...