Sumber
iman kita tidak hanya Kitab Suci, tetapi juga tradisi. Tradisi berarti
penyerahan, penyampaian, penerusan. Tradisi bukan sesuatu yang kolot atau dari
zaman dulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang
hidup dan berkembang, itulah tradisi.
A.
Arti dan Makna Tradisi
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, tradisi diartikan sebagai segala sesuatu (seperti adat,
kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang secara turuntemurun
diwariskan dari nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki tradisi
sendiri-sendiri. Tradisi ini berkembang clan diteruskan dari generasi yang satu
kepada generasi berikutnya. Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi tersebut
tentu saja mengalami perubahan dan perkembangan. Beberapa tradisi sering juga
hilang karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, pada banyak
suku atau etnis, mereka umumnya masih memelihara tradisi-tradisi tersebut. (Sebutlah beberapa contoh tradisi yang hidup
di daerah kalian yang sekarang szcdah hilang atau ditinggalkan dan yang masih
diteruskan!)
Tradisi-tradisi
dalam masyarakat tersebut pada umumnya diteruskan kepada generasi berikutnya,
terutama diteruskan secara lisan. Banyak kebiasaan atau tradisi yang
dilaksanakan oleh masyarakat kita hanya didasarkan atas cerita lisan dari nenek
moyang sebelumnya. Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa ada beberapa
tradisi yang ditulis, walaupun lebih banyak yang disampaikan secara lisan.
B.
Tradisi Dalam Gereja
Katolik
1. Arti
Tradisi dalam Gereja Katolik
Gereja
senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadatnya dari
generasi ke generasi. Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu angkatan
kepada angkatan berikutnya dan di antara orang-orang seangkatan itulah yang
disebut tradisi. Tradisi berarti penyerahan, penerusan, dan komunikasi terusmenerus.
Tradisi bukan sesuatu yang “kolot” dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang
masih terjadi sekarang ini juga.
Dalam
tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para
rasul. Periode itu biasa disebut zaman “Gereja Perdana”. Tradisi zaman Gereja
Perdana menjadi inti pokok untuk tradisi berikutriya, “dibangun di atas dasar
para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2:
20). Sebagian dari tradisi itu kemudian ditulis, yang sekarang kita kenal sebagai
Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi, tidak semua tradisi ditulis, yang lainnya
terus disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Kitab Suci Perjanjian
Baru yang ditulis dengan ilham Roh Kudus dengan teguh clan setia serta tanpa
kekeliruan, terus mengajarkan kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di
dalamnya demi keselamatan kita.
Sesudah
Gereja Perdana, Gereja terus mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang
terdapat dalam Kitab Suci. (bdk Dei
Tjerbum Art 8).
2. Contoh
Tradiri Ajaran Iman Gereja Katolik
Tradisi dan
Kitab Suci saling berhubungan. Tradisi mempunyai titik beratnya dalam Kitab
Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, tradisi berusaha terus
menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci. Kekayaan
iman itu misalnya Syahadat. Di dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan Syahadat,
tetapi apa yang terungkap dalam Syahadat jelas dilandaskan pada Kitab Suci.
Untuk jelasnya, kita akan mempelajari buah karya tradisi, yaitu Syahadat. Kita
akan mencoba membandingkan dua Syahadat, yaitu Syahadat Para Rasul (Syahadat
Singkat) dan Syahadat dari Konsili Nicea (Syahadat Panjang).
Syahadat
Para Rasul/Singkat
|
Syahadat
Nicea/Syahadat Panjang
|
Aku percaya akan Allah,
Bapa yang mahakuasa,
Pencipta langit dan
bumi;
dan akan Yesus Kristus,
Pura-Nya yang tunggal,
Tuhan kita,
yang dikandung dari Roh
Kudus,
dilahirkan oleh Perawan
Maria;
yang menderita sengsara
dalam pemerintahan
Pontius Pilatus
disalibkan, wafat, dan
dimakamkan;
yang turun ke tempat
penantian
pada hati ketiga
bangkit
dari antara orang mati;
yang naik ke surga,
duduk di sebelah kanan
Allah Bapa manusia
yang mahakuasa
dari situ Ia akan
datang
mengadili orang hidup
dan yang mati.
Aku percaya akan Roh
Kudus,
Gereja Katolik yang
kudus,
persekutuan para kudus,
pengampunan dosa,
kebangkitan badan,
kehidupan kekal.
|
Aku peraya akan satu
Allah,
Bapa yang Mahakuasa,
Pencipta langit dan
bumi,
dan segala sesuatu yang
kelihatan dan tidak kelihatan;
dan akan satu Tuhan
Yesus Kristus,
Putra Allah yang
tunggal.
Ia lahir dari Bapa
sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari terang,
Allah benar dari Allah
benar.
Ia dilahirkan, bukan
dijadikan
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu
dijadikan oleh-Nya
Ia turun dari surga
untuk kita
dan untuk keselamatan
kita.
Dilahirkan oleh Perawan
Maria,
dan menjadi manusia.
Waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai
wafat dan dimakamkan.
Pada hati ketiga Ia
bangkit
Ia naik ke surga, duduk
di sisi
Ia akan kembali dengan
mulia, dan yang mati;
Aku percaya akan Roh
Kudus,
Ia Tuhan yang
menghidupkan
Ia berasal dari Bapa
dan Putra;
Yang serta Bapa dan
Putra,
disembah dan
dimuliakan;
Ia bersabda dengan
perantaraan para nabi.
Aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus,
katolik, dan apostolik.
Aku mengakui satu
pembaptisan
akan penghapusan dosa.
Aku menantikan
kebangkitan orang mati
dan hidup di akherat.
|
Dari
perbandingan antara kedua rumus ini langsung kelihatan bahwua kedua syahadat
berbeda. Perbedaan itu menyangkut terutama rumusan berikut: “Ia lahir dari Bapa
sebelum segala abad, Allah dan Allah, Terang dan Terang, Allah benar dan Allah benar. Ia dilahirkan,
bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia
turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita”. Yang lain juga
berbeda rumusannya, tetapi isinya kurang lebih sama.
Dua
syahadat itu adalah ajaran Gereja yang berasal dari Tradisi. Syahadat pendek
lebih tua daripada syahadat panjang. Syahadat yang panjang itu muncul, antara
lain disebabkan munculnya ajaran-ajaran sesat, yaitu ajaran yang tidak mengakui
kemanusiaan Kristus dan yang tidak mengakui ke-Allahan Kristus. Maka kemudian
dirumuskannya Syahadat secara lebih lengkap. Dalam syahadat panjang mau
ditekankan bahwa Yesus sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah.
3. Kitab
Suci dan Tradisi Merupakan Tolok Ukur Iman Gereja
Kitab Suci bersama
tradisi merupakan tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman Gereja baik iman
Gereja secara keseluruhan (iman objektif) maupun iman dalam arti sikap
masing-masing orang (iman subjektif) diukur kebenarannya oleh Kitab Suci
bersama tradisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar