Selasa, 21 Mei 2013

Narkoba dan HIV/AIDS



1.      Arti dan Jenis Narkoba

Secara umum, yang disebut Narkoba atau Napza adalah sebagai berikut :
Ø  Narkotika
Menurut UU RI No. 22 tahun 1997, Narkoba meliputi zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis, yaitu:
ü  Golongan Opiat : heroin, morfin, candu, dll.o Golongan Kanabis : ganja, hashis, dll
ü  Golongan Koka : kokain, crack, dll.

Ø  Alkoho: Yang dimaksud alcohol adalah minuman yang mengandung etanol (etil alcohol) tetapi bukan obat
Ø  Psikotropika: Menurut UU RI No. 5 tahun 1997 Spikotropika meliputi zat atau obat, baik alamiah mupun sintetis bukan narkotika, seperti ecstasy, shabu-shabu, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi, dan obat anti psikosis.

d) Zat Adiktif: Yang dimaksud zat adiktif adalah inhalansia (aseton, thinner cat, lem), nikotin(tembakau), kafein (kopi). Napza tergolong zat psikoaktif. Zat psikoaktif adalah zat psikoaktif adalah zat yang terutama mempengaruhi otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran,persepsi, dan kesadaran. Sebenarnya, banyak di antara zat ini digunakan dalam pengobatan dengan takaran tertentu (untuk obat bius, penenang, obat tidur, dsb). Tidak semua zat psikoaktif disalahgunakan.
Sementara itu, yang dikenal secara luas adalah kata Narkoba, kependekan dari Narkotika atau obat/bahan berbahaya. Kategori penyalahgunaan obat berbahaya pada dasarnya tidak hanya obat, tetapi juga ganja, ecstasy, heroin, kokain yang tidak digunakan sebagi obat lagi.

2.    Tahap-tahap dan Gejala Orang Kecanduan Narkoba
       Tidak semua orang yang menggunakan Narkoba dapat dikatakan sebagai pecandu. Sebelum seseorang dikatakan sebagai pecandu, ia melewati tahap-tahap sebagai berikut:
a.      User (pemakai coba-coba)
Pada tahap ini orang menggunakan Narkoba hanya sekali-kali dan dalam waktu yang relative jarang. Misalnya: menggunakan Narkoba untuk merayakan kelulusan, tahun baru, pesta-pesta seperti ulang tahun, dan sebagainya.
Pada tahap ini hubungan seseorang dengan keluarga dan masyarakatnya masih terjalin dengan baik. Demikian halnya dalam bidang pendidikan (jika orang tersebut masih bersekolah atau kuliah). Semua itu terjadi karena orang tersebut masih dapat mengontrol kebiasaan “memakainya”.
Apabila seseorang yang berada dalam tahap user ini terus-menerus memfokuskan dirinya pada Narkoba, maka ia akan melangkahkan hidupnya pada tahap kedua, yaitu menjadi seorang abuser (pemakai iseng).
b.      Abuser (pemakai iseng)
Pada tahap ini seorang mengkonsumsi Narkoba lebih sering daripada saat ia berada dalam tahap pertama. Pengguna Narkoba tersebut mulai menggunakan Narkoba sebagai suatu keisengan untuk melupakan masalah, mencari kesenangan, dan sebagainya.
Pada tahap ini, orang tersebut sebenarnya mulai dihantui masalah-masalah. Hal itu terjadi karena control dirinya terhadap penggunaan Narkoba semakin lemah sehingga mempengaruhi hubungannya dengan keluarga, dan masyarakat secara langsung. Bagitu pula halnya dengan pengguna Narkoba yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah. Pendidikan mereka akan mulai terganggu karena konsentrasi mereka tehadap pelajaran semakin melemah.
Pada tahap ini seseorang sudah mulai kehilangan control dalam memakai Narkoba, sehingga sangat potensial untuk terjerumus pada tahap ketiga, yaitu menjadi seorang pecandu (pemakai tetap).
c.       Pecandu (Pemakai Tetap)
Pada tahap ini seseorang telah kehilangan control sama sekali dalam hal penggunaan Narkoba. Pada saat ini, bukan mereka yang mengontrol kebiasaan penggunaan Narkoba, melainkan mereka yang dikontrol oleh Narkoba.
Pada tahap ini hubungan antara orang tersebut dengan keluarga dan masyarakatnya sudah rusak karena perilaku mereka benar-benar tidak terkontrol lagi. Hal itu terjadi karena jika kebutuhan Narkoba tidak terpenuhi, maka orang tersebut akan merasa “gejala putus obat” yang amat menyakitkan.

3.      Tanda-Tanda Pecandu Narkoba
Tanda-tanda bahwa seseorang menjadi pecandu Narkoba dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
a.      Fisik. Gejala fisik yang tampak meliputi: berat badan turun drastic, sering menguap, mengeluarkan air mata, keringat berlebihan, mata cekung dan merah, muka pucat, bibir kehitam-hitaman, sering batuk yang berkepanjangan, tangan penuh bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada luka bekas sayatan, ada goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntiakn, buang air besar dan buang air kecil berkurang, dan juga gejala sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
b.      Emosi. Gejala emosi yang tampak meliputi:sangat sensitive dan cepat bosan, bila ditegur atau dimarahi akan menunjukkan sikap membangkang, emosi tidak stabil dan tidak ragu untuk memukul orang, dan berbicara kasar kepada anggota keluarga atau orang di sekitarnya.
c.       Perilaku. Gejala kecanduan Narkoba juga tampak dalam perilaku-perilaku berikut: malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya, sering berbohong dan ingkar janji, menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga, suka mencuri uang, menggadaikan barang-barang berharga dirumah, takut akan air karena menyakitkan sehingga mareka malas mandi, waktu dirumah kerap kali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi/ tempat-tempat sepi lainnya.

4.        Tanda-Tanda Sakaw
Jenis-jenis Narkoba menunjukkan gejala berbeda pada waktu pecandu Narkoba mengalami sakaw.
1)      Obat Jenis Opiat (heroin, morfin, putaw). Obat-Obatan ini menimbulkan gejala banyak berkeringat, sering menguap, gelisah, mata berair, gemetar, hidung berarir, tak ada selera makan, pupil mata melebar, mual atau muntah, tulang atau otot sendi menjadi sakit, diare, panas, dingin, tidak dapat tidur, tekanan darah sedikit naik.
2)      Obat Jenis ganja. Obat jenis ini menyebabkan munculnya gejala-gejala: banyak berkeringat, gelisah, gemetar, tak ada selera makan, mual atau muntah, diare, tak dapat tidur (insomnia).
3)      Obat Jenis amphetamine (shabu-shabu, ekstasi). Obat jenis ini menimbulkan afek depresif, gangguan tidur dan mimpi bertambah, merasa lelah.
4)      Obat Jenis Kokain. Obat jenis ini menimbulkan depresi, resa lelah yang berlebihan, banyak tidur, mimpi, gugup, ansietas dan perasaan curiga.
5)      Obat Jenis alcohol atau benzodiazepine. Obat jenis ini menimbulkan gejala banyak keringat, mudah tersinggung, gelisah, murung, mual/muntah, lemah, berdebar-debar, tangan gemetar, lidah dan kelopak mata bergetar, bila dehidrasi (kekurangan cairan) tekanan darah menurun, dan seminggu kemudian dapat timbul halusinasi atau delirium.

5.        Latar Belakang Orang Terlibat Narkoba
a)      Faktor Intern
Factor Intern berarti factor penyebab yang berasal daridiri orang itu sendiri.
Factor intern ini masih dapat diklasifikasi menjadi:
1.       Kepribadian. Memang sudah menjadi angapan umum bahwa pola kepribadian seseorang besar pengaruhnya dalam berbagai kasus penyalahgunaan Narkoba. Begitu pula pada remaja. Sebenarnya, remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Adapun ciri kepribadian seorang remaja adalah :
Þ Kegelisahan : Pada umumnya remaja memiliki banyak keinginan dan berusaha untuk meraih keinginan tersebut. Namun terkadang tidak semua keinginan tersebut dapat dipenuhi. Akhirnya hal tersebut menimbulkan perasaan gelisah.
Þ Pertentangan : Pertentangan yang ada, baik di dalam diri remaja itu sendiri maupun peertentangan dengan orang lain, pada umumnya disebabkan oleh emosi remaja yang masih labil. Hal itu tntu akan banyak menimbulkan perselisihan dan pertentangan pendapat antara pandangan remaja dan orangtuanya. Pertentangan itu dapat menimbulkan dampak negative seperti depresi atau stess.
Þ Berkeinginan besar untuk mencoba hal baru
Þ Senang berkhayal dan berfantasi
Þ Mencari identitas diri dengan kegiatan berkelompok
Þ Cirri-ciri khusus lainnya: senang suasana meriah dan keramaian, mudah bosan dan kesepian, kurang sabar dan mudah kecewa, suka mencari perhatian dan mudah tersinggung.
Ciri-ciri kepribadian seorang remaja memang merupakan sasaran empuk bagi jaringan maut narkoba. Kepribadian remaja yang mudah gelisah sehingga menimbulkan pertentangan dengan orang tua. Di samping itu, remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar, senang berkhayal, amat menjunjung tinggi kesetiakawanan (baik kesetiakawanan yang baik maupun yang buruk), senang keramaian, mudah bosan dan kesepian, kurang sabar, mudah frustasi, dan mudah tersinggung. Jika semuanya itu tidak dikontrol dengan hati-hati dan bijaksana, maka remaja akan sangat mudah terjerumus menjadi seorang pecandu Narkoba.
2.       Intelegens. Dalam konseling diketahui bahwa pengguna Narkoba pada umumnya memiliki kecerdasan dibawah rata-rata pada kelompok usianya. Dalam hal ini, remaja yang tingkat intelegensinya kurang, tentu juga kurang dapat menggunakan pikirannya secara kritis, kurang dapat mengambil keputusan untuk memilih yang baik dan yang buruk. Mereka cenderung mengambil keputusan dengan pemikiran yang dangkal, yang bersifat kenikmatan sementara. “Yang penting sekarang Enak”.
Memang, tidak tertutup kemungkinan bahwa seorang yang memiliki intelegensi rata-rata atau bahkan dibawah rata-rata juga menjadi pecandu narkoba, karna penggunaan narkoba tidak hanya dipengaruhi oleh factor intelegensi saja, melainkan juga disebabkan oleh factor lain.
3.       Mencari pemecahan masalah. Kepribadian remaja pada umumnya mudah depresi dan menumbuhkan jalan keluar untuk masalahnya. Ditambah dengan cirri khas remaja yang kurang berpikir panjang dalam mengambil keputusan, maka akan sangat mudah bagi seorang remaja untuk menjadi pengguna Narkoba karena dengan demikian untuk sementara mereka dapat membebaskan diri dari persoalan berat yang sedang dihadapi.
4.       dorongan Kenikmatan. pada dasarnya, setiap orang, termasuk remaja, mempunyai dorongan hedonistis, yaitu dorongan untuk mengulangi pengalaman yang dirasakan memberikan kenikmatan. Narkoba dapat memberikan suatu pengalaman yang aneh, lucu, dan menyenangkan.
5. Ketidaktahuan. Karena kurangnya informasi yang diberikan mengenai Narkoba, seseorang dapat tanpa sadar menjadi pengguna Narkoba.

b)        Faktor Ekstern
  Factor Intern berarti factor penyebab yang berasal daridiri orang itu sendiri.
Factor intern ini masih dapat diklasifikasi menjadi
1.      Pengaruh Keluarga
Keluarga yang tidak utuh dan tidak harmonis pasti membuat anak-anak frustasi. Demikian juga halnya dengan keluarga yang terlalu memanjakan anak atau sebaliknya terlalu keras terhadap anak. Hal tersebut dapat membawa dampak negative bagi kepribadian anak sehingga anak-anak mudah terjerumus dalam dunia Narkoba.
2.      Pengaruh Sekolah, Sekolah tidak memiliki disiplin dan mempunyai banyak siswa yang sudah menjadi pengguna Narkoba dapat menjadikan anak-anak lain cenderung terlibat dengan Narkoba.
3.      Pengaruh Masyarakat
Dewasa ini masyarakat telah dibanjiri Narkoba. Hal itu bukan saja karena nilai ekonominya yang tinggi juga termasuk konspirasi politik sebagai alat penekan menjatuhkan lawan politik yang sedang berkuasa. Tidak mustahil bahwa mafia Narkoba cukup bebas berkeliaran dalam masyarakat karena ada backing yang kuat dibelakangnya. Narkoba mempunyai nilai komersial yang sangat tinggi, tetapi juga politis.


6.       HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired artinya didapat. Immune artinya kekebelan tubuh. Syndrome artinya kumpulan gejala penyakit. Jadi, AIDS dapat disimpulkan sebagai kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekbalan tubuh. Pecandu Narkoba mempunyai kemungkinan yang sangat besar untuk terjangkit HIV / AIDS. Dikatakan bahwa lima juta pemakai Narkoba di dunia pada saat ini, tiga juta di antaranya positif menderita HIV / AIDS. Sekitar 95% pemakai Narkoba mengunakan suntikan yang menyebabkan mereka rentan terhadap infeksi HIV / AIDS. Belum lagi melalui hubungan seksual, sebab pemakai Narkoba kadangkala atau bahkan sering kali mempraktikkan hubungan seks bebas. Selain itu, pemakai Narkoba putrid juga terkadang terpaksa menjadi pelacur demi uang untuk membeli Narkoba.
Menurunnya kekebalan tubuh ini disebabkan oleh virus yang disebut HIV. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini secara pelan-pelan mengurangi kekebalan tubuh manusia.

Infeksi pada kekbalan tubuh terjadi bila virus tersebut masuk ke dalam sel darah putih yang disebut limposit. Materi genetic virus masuk ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menyebabkan infeksi pada limposit lainnya dan kemudian menghancurkannya. Virus ini menempel pada limposit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut sebagai cd4 yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki reseptor cd4 biasanya disebut sebagai cd4+ atau limposet penolong. Limposit penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan, yang semuanya membantu menghancurkan sel-sel yang ganas dan organism asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limposit, yaitu limposit penolong, dan itu menyebabkan sistem dalam tubuh untuk melindungi dirinya terhadap infeksi kankermenjadi lemah. Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada limposit B (limposit menghasilkan anti body) dan sering kali menyebabkan produksi antibody yang berlebihan. Antibody ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibody ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi opportunistic pada AIDS. Karena pada saat yang bersamaan, penghancuran limposit cd4+ oleh virus akan menyebabkan kurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam organisme dan sasaran yang baru diserang.

Penularan HIV / AIDS
Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang mengandung sel terinfeksi atau partikel virus. Yang dimaksud dengan cairan tubuh di sini adalah darah, semen, cairan vagina, cairan serebrosspinal, dan air susu ibu. Dalam konsentrasi yang lebih kecil, virus juga terdapat di dalam air mata, air kemih, dan air ludah. HIV ditularkan melalui cara-cara berikut:
Hubungan seksual dengan penderita, dimana selaput lender mulut, vagina, atau rectum berhubungan langsung dengan cairan tubuh yang terkontaminasi.
Suntikan atau infuse darah yang terkontaminasi, seperti yang terjadi pada transfuse darah, pemakaian jarum bersama-sama, atau tidak sengaja tergores oleh jarum yang terkontaminasi virus HIV.
Pemindahan virus dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya sebelum atau selama proses kelahiran atau melalui ASI. Kemungkinan terinfeksi oleh HIV meningkat jika kulit atau selaput lendir robek atau rusak, peserti yang dapat terjadi pada hubunngan seksual yang kasar, baik melalui vagina maupun melalui anus.

Penelitian menunjukkan kemungkinan penularan HIV sangat tinggi pada pasangan seksual yang menderita herpes, siflis atau penyakit kelamin yang menular lainnya. Yang mengakibatkan kerusakan pada permukaan kulit.
Penularan HIV juga dapat terjadi pada oral seks (hubungan seksual melalui mulut), walaupun lebih jarang.
Virus HIV pada penderita wanita yang sedang hamil dapat ditularkan kepada janinnya pada awal kehamilan (melalui plasenta) atau pada saat persalinan (melalui jalan lahir). Anak-anak yang sedang disusui oleh ibu yang terinfeksi HIV juga dapat tertular melalui ASI dari ibunya.,

Gejala infeksi HIV / AIDS
Beberapa penderita menampakkan gejala yang menyerupai Mononukleosis infeksiosa dalam waktu beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejalanya berupa demam, ruam-ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan rasa tidak enak badan yang berlangsung selama 3-14 hari. Sebagian besar gejala akan menghilang, meskipun kelejar getah bening tetap membesar. Selama beberapa tahun, gejala lainnya tidak muncul. Tetapi sejumlah besar virus segera akan ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, sehingga penderita dapat menularkan penyakitnya.
Dalam waktu beberapa bulan setelah terinfeksi, penderita dapat mengalami gejala-gejala yang rinngan secara berulang yang belum benar-benar menunjukkan suatu AIDS. Penderita dapat menunjukkan gejala-gejala infeksi HIV dalam waktu beberapa tahun sebelum terjadinya infeksi HIV dalam waktu beberapa tahun sebelum terjadinya infeksi atau tumor yang khas untuk AIDS. Gejalanya berupa : pembengkakkan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, dan demam yang hilang timbul, perasaan tidak enak badan, lelah, diare berulang, anemia, thrush (infeksi jamur di mulut).

Santo Paulus menghimbau orang beriman untuk menghormati dirinya sebagai Bait Allah. Dengan pernyataan atau penegasan Santo Paulus tersebut, semakin jelas bahwa diri kita adalah Bait Allah. Itu berarti, kekacauan yang terjadi di dalam diri kita juga berarti kekacauan pada Bait Allah. Begitu juga kalau pergaulan bebas yang mengarah pada seks bebas akan rentan terhadap HIV / AIDS, juga akan merusak Bait Allah.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

perlunya pengarahan kepada generasi muda akan bahaya penyalahgunaan Narkoba dan penyakit HIV/Aids untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih besar, komentar balik dong di blog saya www.goocap.com

Belajar Menulis "Menunggu..."

Pelatihan Belajar Menulis Menulis di Kompasiana   Tak terasa sudah beranjak malam, ketika saya keluar dari ruang perawatan di salah sa...