Minggu, 19 November 2017

Gambaran Kerajaan Allah


A.    Situasi Sosial Bangsa Israel dan Kerinduan Mereka pada Mesias dan Kerajaan Allah
Selama enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa lain, yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain ditindas oleh para penjajah itu, bangsa Israel juga ditindas oleh pemimpin­-pemimpin bangsanya sendiri, yaitu raja-raja boneka yang diangkat oleh para penjajah.
Dalam situasi tertindas seperti itu, bangsa Israel selalu memimpikan ke­datangan Mesias dan Kerajaan Allah. Unhik mengerti dengan baik impian bangsa Israel tentang Kerajaan Allah dan pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah, maka secara berlurut-turut kita akan mendalami tentang situasi sosial masyarakat Yahudi pada waktu itu, paham-pahamnya tentang Kerajaan Allah, dan pewartaan Yesus tentang Keraiaan Allah.
1.      Situasi Sosial Bangsa Israel
a.      Situasi Sosial-Politik
Setelah masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abad sebelum Yesus, Palestina tunduk kepada Kerajaan Persia, Yunani, dan Kekaisaran Romawi. Secara internal, masyarakat Palestina dikuasai oleh raja-raja dan pejabat boneka yang ditunjuk oleh penguasa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka, masih ada kelas pemilik tanah yang kaya raya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini sering memihak penjajah supaya mereka tidak kehilangan hak istimewa atau nama baik di depan penjajah, kareria Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang.
Puncak kekuasaan politik adalah procurator Yudea. Ia harus seorang Romawi. Ia berwenang menunjuk raja dan Imam Agung. Di Yudea, Imam Agung berperan di bidang politik sebagai raja selain sebagai pemimpin agama. Di Galilea kekuasaan dipegang oleh raja Herodes Antipas.
Dominasi rimiliter terlihat dengan kehadiran tentara Romawi di mana-mana. Mereka diambil dari Siria atau Palestina, tetapi tidak dari kalangan Yahudi.
Situasi yang menekan kadang-kadang tidak tertahankan, sehingga timbul pemberantakan yang umumnya digerakkan oleh kaum Zelot yang benmarkas di Galilea. Namun, pemberontakan kaum Zelot ini selalu dapat dipadamkan/ditum­pas. Penumpasan kaum pemberontak (Zelot) ini biasanya membawa korban nyawa yang tidak sedikit.

b.      Situasi Sosio-Ekonomi
Penduduk desa biasanya hanya memiliki lahan-lahan kecil untuk usaha per­tanian. Sebagian besar tanah dikuasai oleh para tuan tanah yang kaya dan mereka tinggal di kota-kota. Lahan-lahan luas yang dikuasai oleh para tuan tanah itu di­gunakan untuk menanam jagung dan peternakan besar. Para tuan tanah yang tinggal di kota-kota itu praktis menjadi pengemudi roda ekonomi kota dan perdagangan internasional. Rakyat kebanyakan biasanya hanya menj adi penggarap tanah (buruh tam) atau pengembala ternak milik tuan-tuan tanah itu.
Kondisi ekonomi sebagian besar penduduk (rakyat) hanya pas-pasan, bahkan kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga karena penghasilan mereka terlalu kecil. Dalam sihiasi yang parah seperti itu, rakyat masih dibebani berbagai macam pajak dan pungutan untuk pemerintah, untuk Bait Allah, dan sebagainya. Konon, pajak dan pungutan-pungutan tersebut dapat mencapai 40% dari penghasilan rakyat.

c.       Situasi Sosial-Kemasyarakatan
Masyarakat Palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat kelas-kelas atau kelompok sosial, yaitu tuan tanah besar, pemilik tanah kecil, perajin, kaum buruh, dan budak.
Di daerah perkotaan terdapat beberapa lapisan kelas sosial. Lapisan kelas sosial tertinggi adalah kaum aristokrat, imam-imam, pedagang-pedagang besar, dan pejabat-pejabat tinggi. Lapisan kelas sosial menengah bawah adalah para perajin, pejabat-pejabat rendah, awam, dan kaum Lewi. Lapisan kelas sosial pa­ling bawah adalah kaum buruh yang pada umumnya bekerja di sekitar Bait Allah. Di samping itu, terdapat juga kaum proletar marginal yang tidak terintegrasi dalam kegiatan ekonomi, yang terdiri atas orang-orang yang dikucilkan oleh ma­syarakat karena suatu hal (bukan karena kondisi ekonomi). Misalnya: para pendosa publik seperti pelacur dan pemungut bea cukai, penderita kusta yang menurut keyakinan Yahudi disebabkan oleh dosa si penderita atau dosa orang tuanya.
Menurut orang Yahudi, dosa itu dapat berjangkit seperti kuman penyakit. Oleh sebab itu, orang baik-baik tidak boleh bergaul dengan orang-orang berdosa.
Selain adanya kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial tersebut di atas, terdapat juga berbagai bentuk diskriminasi, misalnya diskriminasi rasial, seksual, pekerjaan, dan sebagainya.

d.     Situasi Sosio-Religius
Hukum Taurat sangat mewarnai hidup religius orang-orang Yahudi. Kaum Farisi berusaha menjaga warisan dan jati diri Yahudi berdasarkan hukum Taurat. Mereka menyoroti ketaatan pada setiap pasal hukum Taurat. Bagi mereka, menjadi rakyat Tuhan berarti taat pada setiap pasal hukum Taurat. Mereka berusaha me­nerapkan hukum Taurat pada setiap segi kehidupan. Tetapi, mereka sendiri sangat memilih-milih dalam ketaatan mereka.
Menaati hukum Tuhan berarti menaati secara ketat terhadap setiap pasal hukum Taurat. Orang-orang Farisi gemar memperluas tuntutan-tuntutan kebersihan yang berlaku untuk para imam bagi seluruh masyarakat Israel. Mereka menafsirkan dan kadang-kadang memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan mereka sendiri, sehingga sering mendatangkan beban yang tidak tertahankan bagi rakyat kecil.
Singkatnya, rakyat kebanyakan di Palestina sangat tertindas pada saat Yesus muncul. Mereka ditindas secara politis, ekonomis, sosial, bahkan religius.
2.      Paham-Paham Tentang Kerajaan Allah
Dalam situasi tertindas, bangsa Israel sangat merindukan kedatangan Mesias dan Kerajaan Allah. Namun, paham mengenai Kerajaan Allah di kalangan bangsa Israel dipahami secara berbeda-beda.
a.      Paham Kerajaan Allah yang Berciri Nasionalistis
Paham ini dihayati oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka bertujuan membebas­kan bangsa Israel dari kuasa politik penjajah kafir. Kaum Zelot berjihad untuk mengusir kaum kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, keme­nangan bangsa Israel dapat tercapai dan Kerajaan Allah tercipta.
b.      Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Apokaliptis
Aliran ini percaya akan datangnya penghakiman Allah, karena dunia ini sudah jahat dan akan digantikan oleh dunia barn. Dalam dunia barn itu, yang balk akan dianugerahi kebakaan dan yang jahat akan dihukum.
Menurut pandangan aliran ini, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan pada akhir zaman. Dunia ini atau zaman ini sudah terlalu jahat dan jelek. Setelah zaman yang jahat ini hilang lenyap dibinasakan oleh Allah, maka Kerajaan Allah akan menjadi kenyataan di bumi baru dan langit baru yang dijadikan Allah.
c.       Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Rabi
Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan di akhir zaman Allah menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam dengan menghakimi dan menyatakan kepada sekalian bangsa. Bangsa Israel yang dikuasai oleh orang-orang kafir (karena dijajah oleh bangsa Romawi yang dianggap kafir) merupakan akibat dari dosa-dosanya. Jika bangsa Israel melakukan hukum Taurat, maka penjajah akan dipatahkan. Karena itu, mereka yang sekarang taat pada hukum Taurat sudah menajdi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melakukan hukum Taurat, maka bangsa Israel akan terus dijajah dan diperintah oleh kaum kafir.

B.     Gambaran Kerajaan Allah Dalam Terang
1.      Arti dan Makna Kerajaan Allah dalam Injil Matius 25:31-45.
Bacalah kutipan Injil di bawah ini, kemudian dalamilah makna Kerajaan Allah bagi hidupmu, sesuai dengan isi perikop bacaan Matius 25: 39 – 45

2.      Kerajaan Allah yang Diwartakan Yesus
Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus lebih mirip dengan pandangan para rabi dan para nabi. Allah mulai meraja, terutama dalam diri Yesus, dan akan mencapai kepenuhan-Nya pada akhir zaman. Ketika Yesus berkeliling di Palestina untuk mewartakan Kabar Baik dan melakukan berbagai perbuatan baik, termasuk mukjizat-mukjizat-Nya, menjadi nyata bahwa Kerajaan Allah sebenarnya mulai dibangun di tengah umat yang percaya.
Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus secara singkat dapat dikatakan sebagai berikut:
·         Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu, manusia harus mengakui kekuasaan Allah dan menyerahkan diri (percaya) kepada-Nya, sehingga terciptalah kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian.
·         Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman. Di akhir zaman itulah, Allah benar-benar akan meraja. Dalam rangka ini, Kerajaan Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran penghakiman adalah tindakan kasih. Mereka yang melaksanakan tindakan kasih masuk ke dalam Kerajaan Allah (bdk. Mat 25:31-45).
·         Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zaman itu kini sudah dekat, bahkan sudah datang dalam sabda dan karya Yesus. Oleh karena itu, orang harus menanggapinya dengan bertobat dan percaya kepada warta yang dibawa oleh Yesus.
·         Kerajaan Allah adalah kabar mengenai masa depan dunia, di mana yang mis­kin tidak lagi miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan menderita lagi, yang tertawan akan dibebaskan. Namun, untuk mencapai masa depan yang demikian perlu perjuangan. Itulah sebabnya,Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar-benar terwujud. Selama hidup-Nya, Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar-benar terwujud. Seluruh hidup Yesus sampai la mengor­bankan hidup-Nya di kayu salib adalah untuk mewujudkan Kerajaan Allah, se­hingga orang benar-benar meng­alami damai sejahtera, sukacita, keadilan, dan kebenaran.
·         Perjuangan Yesus itu belum selesai, Yesus memberi tu­gas kepada para pengikut­Nya untuk melanjutkan per­juangan itu, agar Allah sungguh-sungguh meraja.

1 komentar:

Belajar Menulis "Menunggu..."

Pelatihan Belajar Menulis Menulis di Kompasiana   Tak terasa sudah beranjak malam, ketika saya keluar dari ruang perawatan di salah sa...