Selasa, 16 September 2014

Manusia Pribadi Yang Unik



Secara jasmani, masa remaja adalah masa dimana tubuh berkembang sangat indah dan mengagumkan. Dalam badan yang indah itu terdapat kekayaan rohani yang sangat potensial seperti: kemampuan menari, bernyanyi, tertawa, berkspresi, cita-cita dan memiliki kehendak yang sangat bebas. manusia juga memiliki pengalaman-pengalaman baru yang sangat berharga baik pengalaman menyenangkan maupun yang menyedihkan dan menantang. Manusia adalah mahluk hidup yang sangat istimewa. Pada waktu menciptakan manusia, Tuhan merencanakan dan menciptakannya menurut gambar dan rupa Dia, menurut citraNya (kej 1:26), dan pada waktu menciptakan manusia Tuhan bekerja dengan istimewa, Tuhan membentuk debu dan tanah dan menghembuskan nafas kedalam hidungnya (kej 2:7)

Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens (Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah “pribadi” dalam bahasa Yunani adalah hupostasis, diterjemahkan ke Latin sebagai persona (Inggris: Person) yang digunakan untuk menyebut manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau diri sendiri), individu, ataupun karakter. Manusia sebagai makhluk pribadi berarti ingin menekankan dirinya sebagai diri manusia secara individu.        
Istilah “Individu” berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tidak terbagi”. Atau dalam bahasa Inggris “ In” yang berarti tidak, dan “devided” yang berarti terbagi atau terpisahkan. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai
untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Maka manusia sebagai makhluk pribadi adalah manusia yang di dalamnyaterdapat kesatuan unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga, jiwa dan roh, serta keunikan sebagai ciptaan Allah. Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualis. Artinya selain sebagai makhluk individu, manusia berperan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang tidak dapat dipisah-pisahkan.Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.


A.           Aku Pribadi Yang Unik.
Setiap manusia itu unik (unique/ Inggris atau unus/ latin = satu), tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Perbedaan itu lebih jauh dan lebih dalam dari yang dapat dilihat, dirasa, didengar dan dikatakan. Pada umumnya perbedaan ini yang membuat orang iri hati, bertentangan, bermusuhan dan ingin saling meniadakan. Padahal dengan perbedaan itu justru orang dapat saling memperkaya dan melengkapi. Perbedaan itulah yang menjadi keunikan setiap manusia. Keunikan itu bisa diamati dari hal-hal fisik, psikis, bakat/ kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Keunikan diri itu merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan diperlakukan secara khusus pula. Untuk mengatasi perbedaan itu, diperlukan sikap menerima diri apa adanya Jabatan dalam keorganisasian dapat digantikan oleh orang lain, tetapi kedudukan setiap manusia dalam seluruh kerangka ciptaan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Peran orang tua dalam keluarga dapat saja digantikan oleh orang lain, tetapi peran sebagai ciptaan tidak mungkin digantikan oleh siapapun. Tuhan menciptakan setiap manusia dengan tugas yang khas di dunia ini. Orang yang bersikap positif akan menerima keunikan itu sebagai anugerah, ia bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apa pun yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan demikian, ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang lain, ia tidak akan menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan tindakan yang melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya, hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja. Ada orang yang kurang menerima keunikan diri. Orang yang demikian akan merasa tidak puas, bahkan dapat melakukan tindakan apa pun demi menutupi keterbatasan diri, misalnya operasi plastik. Orang yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting. Singkatnya, manusia adalah makhluk yang indah dan “istimewa”. Keistimewaan dan keagungan manusia ini hendaknya sungguh disadari oleh semua peserta didik.
Sebagai orang beriman kristiani yang sungguh-sungguh ingin semakin memahami, menerima, bangga, dan percaya diri, Yesus adalah teladan yang paling utama dan pertama. Dari semula Ia menyadari diri sebagai manusia yang berbeda dengan yang lainnya. Dari cara berpikir, bersikap dan bertindak, Ia tidak ragu menunjukkan diri sebagai pribadi yang tidak sama dengan yang lainnya. Sebagai seorang pribadi kita harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya. Dengan demikian kitapun akan dapat semakin mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan kesadaran diri (self-consciousness), penerimaan diri (self-acceptance), kepercayaan diri (self-confidence) dan perasaan aman diri (self- assurance) yang tinggi. Dengan dasar itu kita dapat mengisi hidup, meraih cita-cita dan melaksanakan panggilan Allah.
Pada setiap pribadi  manusia, selalu ada kekuatan dan keterbatasan. Kedua hal itu sering dipengaruhi oleh sikap dan karakter pribadi yang tumbuh dan berkembang karena lingkungan dan pendidikan. Sementara itu, kita telah memiliki kodrat fisik seperti yang sekarang kita punyai. Begitu juga, kita telah dianugerahi kemampuan, bakat-bakat, sifat dan sebagainya. Segala kemampuan, bakat, dan sifat yang kita miliki tersebut masih dapat kita kembangkan menjadi lebih optimal.
Perhatikan kutipan berikut ini: Kejadian 1:26. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” 1:29. Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian. 1:31. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Pernahkah kamu berfikir. Adakah orang kembar yang benar-benar sama? meski body dan fisiknya hampir sama, tetapi sifat dan kebiasaan serta kegemaran mereka pasti berbeda. Bagaimana dengan kloning? Kloning adalah pengembangbiakkan species dengan menggunakan DNA tentulah yang menghasilkan sel baru yang mempunyai sifat mirip dengan induknya. Pada tahun 1997, dunia dikejutkan dengan pengumuman biri-biri ”selebritis” Dolly. Mirip di sini bukan berarti sama persis, Dolly tetap berbeda dengan induknya. Kloning di dunia pertanian dikenal sebagai pembiakan vegetatif, ada 2 cara yaitu dengan stek dan cangkok. Tanaman yang dihasilkan dari stek dan cangkok akan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Misal anda mencangkok rambutan unggul, maka tanaman hasil cangkokan akan mempunyai rasa buah yang sama dengan induknya. Hal ini berbeda dengan perbanyakan dengan biji. Rambutan yang anda makan kemudian bijinya anda tanam maka kelak rasa buahnya belum tentu akan semanis induknya, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya utamanya adalah genetis ke dua induk tetuanya. Dari uraian di atas untuk binatang dan tumbuhan walaupun secara kloning pun ada penyimpangan sifat. Hal ini berarti manusia adalah unik, tidak ada yang sama antara satu dengan yang lain.
Manusia merupakan ciptaan Allah yang bergitu istimewa dan unik. Beberapa alas an mengapa manusia disebut ciptaan yang unik : 1) waktu menciptakan manusia, Allah merencanakan dan menciptakan menurut gambar dan rupa-Nya, menurut citra-Nya (Kej. 1:26). 2) waktu menciptakan manusia, Allah bekerja secara istimewa, membentuk manusia dari debu dan tanah dan menghembuskan nafat hidup dalam hidungnya (Kej 2:7). 3) segala sesuatu termasuk taman Firdaus diserahkan untuk umat manusia (Kej 1:26).
Dengan demikian manusia yang merupakan ciptaan Allah yang sangat indah dan unik, perlu kita sadari akan keistimewaan dan keagungan ini.

1.             Kelebihan dan kekuranganku

Sebagai pribadi, kita selalu mempunyai kekuatan dan keterbatasan, kekurangan dan kelebihan. Tidak pernah ada di dunia ini, manusia yang sempurna tanpa keterbatasan. Manusia yang paling kuat sekalipun, pasti mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Sebaliknya sekecil apapun kekurangan dan keterbatasan kita selalu ada kekuatan dibaliknya. Meskipun pribadi kita tidak sempurna, namun pasti ada keunikan didalamnya.  Ingatkah atau pernahkan mendengar syair lagu dari grup D’Masiv yang berjudul “Jangan Menyerah” ? beberapa potong syair mengatakan demikian Tak ada manusia, yang terlahir sempurna, Jangan kau sesali segala yang telah terjadi…….. dan pada bagian reff Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetapi jalani hidup ini, melakukan yang terbaik.
Ada yang menarik dari lagu tersebut, dimana kemunculan lagu ini untuk menghibur anak-anak yang menderita tumor dan anak-anak dewasa yang menggantungkan hidup di jalanan. Sang penulis terinspirasi oleh seorang anak bernama Restu yang terkena penyakit kanker namun masih tetap berjuang untuk hidup. Sebenarnya masih banyak kisah lain yang dapat membantu kita untuk menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita. Sebagai contoh, Louis Braille, yang dalam keterbatasannya dapat memberikan warisan hidup yang terbaik dan berprestasi melebihi anak normal, warisan yang berharga bagi mereka yang buta, dengan mengembangkan tulisan “Braille” yang memampukan penderita tunanetra dapat menulis dan membaca.

Albert Einstein: Ia baru bias bicara setelah menginjak usia 4 tahun, namun ternyata ia memiliki talenta yang luar biasa. Kini Einstein terkenal karena teori relativitas khusus dan relativitas umum. 1921 ia menerima Penghargaan Nobel dalam Fisika “untuk pelayanan kepada Theoretical Physics, dan khususnya untuk penemuan hukum efek fotolistrik.” Einstein menerbitkan lebih dari 300 ilmiah dan lebih dari 150 karya non-ilmiah. Dia sering dianggap sebagai bapak fisika modern.
          Selama ini mungkin, kita belum menyadari kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri kita. Kelebihan itu dapat dilihat dari segi fisik, bakat, atau ketrampilan serta sifat-sifat yang dimiliki, ketampanan, kecantikan, pintar, jujur, tegas, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan kekurangan yang kita miliki, pendek, hitem, kurang mudah bergaul, minder, tertutup, dan sebagainya. Sering kita sadari, bahwa kelebihan membawa kita mempunyai rasa percaya diri, tetapi kekurangan kita menyebabkan rasa  minder, atau rendah diri. Yang terkadang menyebabkan hubungan pribadi kita dengan orang lain terganggu. Maka perlu disadari apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita.
Menggunakan dan mengembangkan kekuranan dan kelebihan  sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan Kristiani. Menerima kehendak Tuhan berarti menerima bimbingannya, karena Dia akan mengantar kita setapak demi setapak melalui keadaan konkrit diri kita dan lingkungan kita menuju ke keselamatan. itu semua akan terjadi sejauh kita menerima dan melaksanakan kehendakaNya.

2.             Sikap dan Karakter Pribadiku

Setiap pribadi manusia mempunyai keunikan masing-masing karena prilaku seseorang  selalu dibentuk oleh dua hal: sikap dan karakter pribadi. Sikap dapat dimengerti sebagai keadaan batin yang mengandung pendirian dan keyakinan terhadap seseorang ataupun sesuatu, yang terungkap secara lahir dalam kata-kata serta tingkah laku. Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan hidupnya. Sikap inilah yang memperngaruhi karakter pribadi seseorang. Sikap dan karakter yang kita miliki dipengaruhi oleh banyak hal. Lingkungan tempat tinggal kita, pendidikan di dalam keluarga, pendidikan formal yang kita peroleh, media informasi dan perkembangan kepribadian kita. Maka tidak akan pernah ada dua manusia yang sama persis di dunia ini. Walaupun dilahirkan kembar identik. Pasti keduanya mempunyai sifat dan karakter yang berbeda, meraka tumbuh dan berkembang dari lingkungan dan kepribadian yang mempengaruhi mereka. Manusia yang satu dengan manusia yang lainnya tidak akan pernah dapat disamakan. Setiap orang mempunyai pribadi yang unik, karena perasaan, pengalaman, pendidikan, dan lingkungan yang selama ini mempengaruhinya. Sifat dan karekter tidak dibangun secara instan atau cepat, melainkan melalui proses yang panjang dan bertahap. Oleh karena itu, kita sebagai manusia merupakan pribadi yang unik. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan hidupnya, sikap inilah yang mempengaruhi karakter pribadi seseorang.

Pertanyaannya, kenalkan kita dengan sikap dan karakter pribadi kita sendiri? Untuk mengenalnya kita perlu mempertajam kesadaran diri kita, karena kesadaran diri kita menjadi sesuatu yang penting, agar kita mampu memahami orang lain. Bahkan kesadaran diri merupakan pintu untuk mengenal apa sajakah sebenarnya kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita. Dengan kesadaran yang tinggi, maka kita tidak ragu-ragu dalam bertindak. Kesadaran diri apabila diaktualkan secara optimal, akan menghasilkan kebiasaan yang efektif, menjadikan kita pribadi yang proaktif: mengambil segala keputusan dan bertindak atas kesadaran pribadi kita secara mandiri dan dewasa. Kesadaran merupakan anugerah yang kita mikili dan tidak ada pada ciptaan Allah yang lain. Kesadaran yang kita miliki ini menjadi sesuatu yang unik dan tiada duanya. Kesadaran menempatkan diri kita sesuai dengan apa yang kita yakini. Oleh karena itu, kesadaran menjadikan kita mampu mengarahkan sikap dan karakter kita sebaik mungkin bagi perkembangan pribadi kita dan orang lain.

3.             Saya diciptakan sebagai Citra Allah.

Dalam teks Kitab Suci, bahwa manusia diciptakan Allah menurut gambar dan citra-Nya, seperti dalam teks Kejadian 1:26-31. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” 1:29. Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian. 1:31. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Dari teks Kitab Suci diatas nampaknya jelas bahwa manusia diciptakan menurut gambaran dan citraNya. Hanya kepada manusia diberi kemampuan untuk menata, melestarikan, mengembangkan, dan menggunakannya secara bertanggung jawab.

1.        Kemampuan Akal budi.
Dengan akal budi kita dapat: a) mengerti dan menyadari diri sendiri, manusia mengerti dan sadar bahwa ia sedang berbuat sesuatu. Ia dapat merefleksikan kembali apa yang ia buat. Hanya manusia yang dapat berbuat demikian, binatang tidak. b) Mengerti dan menyadari apa di luar dirinya, manusia dapat menyadari bahwa ada ada dan ada hujan. artinya bahwa manusia dapat menghubungkan 2 variabel yang berhubungan. c) Manusia dapat mengembangkan dirinya, dan dapat membuat sejarah serta riwayat hidupnya, manusia dapat bertanya dan member jawaban sehingga ia dapat menentukan arah hidupnya. d) Manusia dapat membangun hubungan yang khas dengan sesama, manusia dapat bertemu dan mengalami kebersamaan dan persahabatan.

2.        Kemampuan Kehendak Bebas.
Kehendak bebas, berarti kemapuan untuk bertindak dengan tidak ada paksaan.     a) Dengan kehendak bebas manusia dapat bertindak dan melakukan segala sesuatu dengan sengaja. b) Dengan kehendak bebas manusia dapat melakukan suatu tindakan dan perbuatan moral. Sebab hanya manusia yang dapat bertindak secara tahu dan mau, manusia mempunyai kewajiban-kewajiban moral, dan kewajiban moral dibisikan oleh hati nurani kita masing-masing. c) Dengan kehendak  bebas manusia dapat bertindak secara bertanggungjawab.

3.        Kemampuan menguasai. Tuhan menyerahkan alam lingkungan ini kepada manusia untuk dikuasainya, manusia bukannya menguasai alam  ini secara sewenang-wenang, tetapi harus bertanggung jawab. Kita harus menjadi rekan kerja Tuhan untuk mengembangkan alam dan lingkungan ini sebaik mungkin. Dengan adanya kemampuan tersebut, kiranya jelas bahwa manusia adalah mahluk pribadi yang unik. manusia adalah mahluk yang bermartabat dan berkepribadian.

Dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia itu “mampu mengenal dan mencintai Penciptanya” (GS 12,3): ialah “yang di dunia merupakan satu-satunya makhluk, yang Allah kehendaki demi dirinya sendiri” (GS 24,3): hanya dialah yang dipanggil, supaya dalam pengertian dan cinta mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Ia diciptakan untuk tujuan ini, dan itulah dasar utama bagi martabatnya:
“Apakah alasannya, maka Engkau meninggikan manusia ke martabat yang begitu mulia? Cinta yang tidak ternilai, yang dengannya Engkau memandang makhluk-Mu dalam diri-Mu sendiri dan jatuh cinta kepadanya, sebab Engkau menciptakannya karena cinta, karena cinta Engkau memberi kepadanya satu kodrat, yang dapat merasakan kegembiraan pada diri-Mu, harta abadi” (Katarina dari Siena, dial. 4,13).

B. Mengembangkan Karunia Allah

Setiap manusia mempunyai kemampuan, dan bakat dalam ukurun dan lingkungan tertentu, dengan sifat, karekter, pemikiran, dan perasaannya masing-masing. Kemampuan dan bakat seseorang haruslah dikembangkan dan digunakan karena merupakan Tuhan yang luar biasa yang selalu harus dikembangkan.

1.             Belajar Mengembangkan Bakat, Pengetahuan, Kerohanian dan Ketrampilan

Perlu disadari bahwa kita mempunyai kekuatan (pengetahuan dan bakat), sifat, dan karakter pribadi yang unik, yang telah ada dan berkembang di dalam diri kita. Segala kemampuan dan bakat tersebut, hendaknya dikembangkan dan digunakan karena merupakan anugerah dari Allah yang pantas kita syukuri. Allah menghendaki agar bakat, kemampuan, kekuatan atau “talenta” yang kita punyai, terus dikembangkan dan digunakan. Dalam Injil; Matius (Mat 25:14-30). Perumpamaan ini menceritakan tentang seorang tuan yang mempercayakan uangnya kepada ketiga hambanya. Hamba yang pertama dipercayakan lima talenta, yang kedua dipercayakan dua, yang ketiga dipercayakan satu. (dalam kitab Lukas disebutkan sang tuan membagikan sepuluh mina kepada sepuluh hambanya, masing-masing menerima satu mina, namun pada akhirnya hanya tiga pula yang diceritakan). Setelah itu sang tuan pergi. Diceritakan hamba yang pertama yang dipercayakan lima talenta berhasil memperoleh laba lima talenta, sementara hamba yang kedua yang dipercayakan dua talenta berhasil memperoleh laba dua talenta, namun hamba yang ketiga yang dipercayakan satu talenta menyembunyikan uangnya sehingga tidak mendapat laba apa-apa. (dalam kitab Lukas disebutkan hamba I memperoleh laba 10 mina, hamba II memperoleh laba 5 mina, sedangkan hamba III juga menyimpan uangnya.) Setelah sang tuan kembali dan bertemu dengan hamba pertamanya, maka sang tuan memberinya tanggung jawab yang lebih besar (dalam kitab Lukas disebutkan ia diberikan sepuluh kota), lalu hamba keduanya juga diberikan tanggung jawab yang lebih besar (dalam kitab Lukas disebutkan ia diberikan lima kota), tetapi hamba yang ketiga dihukum, dan uang yang dipercayakan kepadanya diberikan kepada hamba yang pertama.
Perumpamaan Tentang Talenta
Perumpamaan itu menyadarkan kita agar selalu mengembangkan segala hal yang sudah kita punyai dan kita dapatkan demi perkembangan diri kita sendiri dan orang lain di sekitar kita. Kita hendaknya percaya, bahwa kita telah diberkati dengan karunia yang berbeda-beda sesuai kemampuan kita masing-masing. Karunia-karunia itu harus kita gunakan untuk melayani Allah dan sesame kita. Sebab  dengan menggunakan dan mengembangkan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan kristiani. Menolak kehendak Allah atas diri kita dapat menjadi penghalang bagi kemajuan diri kita sendiri dan menjadi rintangan jalan kita menuju Allah. Kita hendaknya menerima kehendak Allah yang nyata dalam diri kita. Kita percaya bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya (Lih Rom 8:28).
            Menerima kehendak Tuhan berarti menerima bimbingannya, karena Dia akan mengantar kita setapak demi setapak melalui keadaan konkrit diri kita dan lingkungan kita menuju ke keselamatan. itu semua akan terjadi sejauh kita menerima dan melaksanakan kehendak-Nya. Itu semua akan terjadi sejauh kita mampu mengembangkannya. Selain bakan dan ketrampilan, kita juga memiliki pengetahuan dan kerohanian, yang senantiasa harus dikembangkan pula. Seperti yang telah dikatakan St. Paulus bahwa kita harus terus mengusahakan pembaharuan akal budi kita, agar akal budi kita lelalu diresapi oleh nilai-nilai kebaikan. “Janganlah kami menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rm 12:2).                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          

2.             Bersyukur dan Mempersembahkan Hidup berdasarkan Karunia Allah.

Menjadi yang terbaik merupakan keinginan dan harapan banyak orang, tetapi tidak semua orang akhirnya mampu meraihnya. Kadang kita berfikir, menjadi terbaik itu bukan milik semua orang. Tetapi, kita harusnya menyadari bahwa kita semua diberkati dan diberi karunia yang luar biasa dari Allah. Dalam Suratnya kepada jemaat di Roma Santo Paulus mengajarkan, yang penting bukan menjadi yang terbaik, tetapi mempersembahkan yang terbaik dari diri kita (Rom 12:1-8). Allah mengaruniakan talenta, yang berbeda-beda kepada setiap orang, dan kita perlu mengenalinya, mempergunakan dan memperkembangkannya untuk melakukan yang terbaik dalam melayani Allah dan sesame, agar mampu menjadi berkat. Malakukan yang terbaik sesuai dengan talenta atau kemampuan kita merupakan wujud dari rasa syukur atas karunia yang sudah kita terima dari Allah, secara terus menerus.
Kita bersyukur dan mempersembahkan karunia yang kita punyai sesuai dengan panggilan hidup kita. Paus Benediktus XVI, menyadarkan kita, bahwa panggilan hidup adalah inisiatif Allah, prakarsa Allah, anugerah Allah. Manusia menjawab panggilan Allah, bekerka sama dengan rahmat dalam sikap I,am, percaya, pasrah diri, dan dengan penuh harapan mengusahakan pembaruan secara terus-menerus. Semua dari kita dipanggil untuk menjadi Anak Allah. Menjadi Anak Allah sesungguhnya merupakan kasih karunia Allah, bukan hanya karena diciptakan oleh Allah, melaikan karena dicintai dan diberi hidup oleh Allah.




C.            Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan

Selain sikap dan karakter, yang perlu kita pahami pula adalah jati diri kita sebagai laki-laki dan perempuan, yang mempunyai kodrat fisik dan kecenderungan-kecenderungan perasaan dan pemikiran yang berbeda. Di mana perbedaan yang terjadi bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling melengkapi dan disyukuri sebagai karunia yang luar biasa dari Allah.

1.             Ciri Khas Laki-laki dan Perempuan

Kita diciptakan Allah dalam dua kodrat yang berbeda, sebagai seorang laki-laki dan perempuan. Dua kodrat ini mempunyai perbedaan satu sama lain. Perbedaan kodrat ini yang terkadang membawa pertentangan, tetapi juga merupakan keajaiban yang luar biasa. Dalam kisah penciptaan betapa indahnya Allah menciptakan kita semua, laki-laki maupun perempuan. Kita adalah pribadi yang telah diciptakan Allah dengan baik adanya untuk saling mengisi dunia ini. (Kej 1:26-31). Perbedaan-perbedaan yang ada tentunya didasari oleh apa yang kodrati, yaitu perbedaan fisik yang memang sudah tergariskan sejak lahir secara genetic. Kita menyadari, bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan secara kodrati mempunyai kekhasan yang tidak terbantahkan. Perbedaan itu jelan merupakan perbedaan secara biologis yang dipengaruhi oleh hormone dominan yang berbeda, pada rambut, mata, pipi, mulut, leher, dada, pinggul, dan betis. Yang menunjukkan halus pada perempuan dan kekar pada laki-laki, dan perbedaan yang menjadikan sungguh berbeda laki-laki sungguh laki-laki dan perempuan sungguh perempuan adalah organ kelamin. Dan secara khusus perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan dapat dipelajari dalam pelajaran biologi.
Perbedaan fisik-biologis inilah yang menjadi penanda yang khas, antara laki-laki dan perempuan. Tentu perbedaan fisik juga sering kali membawa perbedaan psikologis atau sikap dan perasaan dalam bertindak. Sehingga perbedaan laku-laki dan perempuan bukan sekedar perbedaan jasmaniah saja tetapi juga menyangkut hal-hal kejiwaan. Kita dapat melihat perbedaan laki-laki dan perempuan berkaitan dengan cara berfikir, cara merasa, cara bertindak, serta cara memandang hidup dan kehidupan. Tentu pada beberapa hal merupakan kecenderungan yang sering kali tidak dapat menjadi sebuah ketetapan yang pasti dan akurat, hal ini hanya merupakan gejala umum.

Topik
Laki-laki
Perempuan
Cara Berfikir
Lebih teoritis dan abstrak, lebih “dari luar”, lebih obyektif dan lebih berkepala dingin.

Artinya dapat mengambil jarak dgn obyek pikirannya. Oleh sebab itu laki-laki tidak mudah terharu dan tidak cepat terpengaruh.

Lebih berfikir hal-hal yang global dan berjangkauan jauh kedepan
Cenderung berfikir masa depan dan global. Laki-laki suka perfikir tttng cita-cita masa depan dan kariernya u/ dapat berkembang demi kesejahteraan keluarga.

Cenderung berfikir untuk dirinya sendiri, berfikir kedalam, lebih bersifat egosentris.
Lebih intuitif dan konkret, lebih “dari dalam” lebih diperngaruhi oleh unsur-unsur subyektif.

Artinya ada kecenderungan menghubungkan kejadian demi kejadian dengan dirinya sendiri.  Ia sulit mengambil jarak dengan obyek pikirannya, mudah tersentuh dan seolah-olah terlibat di dalamnya.

Lebih berfikir hal-hal kecil dan bersifat rutin sehari-hari.

Cenderung berorientasi pada masa kini dan saat ini. Semua kebutuhan hidup sehari-hari.

Cenderung berfikir keluar dari dirinya sendiri, memperhatikan orang lain. Memikirkan orang tuanya, adiknya dll.
Cara Merasa
Perasaan laki-laki cenderung tekendali, lebih mudah mengendalikn perasaan, karena daya fikir yang lebih obyektif. Tetapi mudah emosi atau marah, walau cepat tenang kembali, mudah jatuh cinta pada pandangan pertama, tetapi juga mudah melupakannya, mudah berjanji tapi mudah juga melupakannya, oleh karena itu laki-laki lebih mudah mengungkapkan perasaannya.
Perasaan perempuan lebih mudah bergetar, mudah menjalar dari satu soal ke soal yang lain. Ia dapat melupakan inti persoalan dan tenggelam dalam detail perasaan keterharuan yang berlarut-larut. Perempuan mudah tersentuh atau terbuka hatinya, maka ia tidak mudah melupakan.
Cara memahami rangsangan seksual
Lebih mudah terangsang pada hal-hal lahirian, yang dapat dilihat secara fisik,

Rangsangan sesksual laki-laki bersifat lebih cepat dan tiba-tiba, tetapi juga cepat hilang.

Rangsangan laki-laki lebih khusus cenderung pada organ seksual
Lebih mudah terangsang pada hal-hal yang bersifat perasaan. Pada segi batianiah.

Rangsangan seksual pada perempuan akan bangkit separa perlahan, tetapi juga hilang secara perlahan.

Rangsangan perempuan hamper terdapat pada seluruh anggota tubuhnya.
Cara Berfikir dan bertindak
Tindakan laki-laki biasanya lebih bersifat aktif dan agresif.
Tindakan perempuan bisasanya lebih bersifat aktif tapi adaptif. Perempuan lebih menerima dan memelihara.


2.             Peranan Laki-laki dan Perempuan dalam Kodratnya.

Kondrat yang berbeda, kecenderungan rasa perasaan dan cara bertindak yang berbeda, membuka perbedaan pula dalam beberapa peranan. Peranan inilah yang pada akhirnya membawa kepada tugas-tugas pokok yang dikembangkan antara laki-laki dan perempuan. Namun tugas pokok ini sering membuat terjadinya perbedaan status antara laki-laki dan perempuan yang kadang tidak adil. Kita perlu menyadari bersama, diera tumbuhnya kesadaran emansipasi perempuan, ada hal tertentu atas perasaan atau tugas pokok antara laki-laki dan perempuan yang berbeda, tetapi jangan dilihat sebagai sesuatu yang tidak bisa dilakukan bersama.
Kita secara umum dapat melihat peranan dan tugas pokok apa yang sering membedakan antara laki-laki dan perempian dalam kehidupan ini. Peranan dan tugas pokok muncul karena perbedaan jasmani yang secara kodrati ada, bagian tubuh, termasuk struktur dan fungsi organ serta kekayaan psikologisnya. Namun perbedaan ini bukan merintangi kita untuk saling menguasai satu dengan yang lain. Yang biasanya membedakan laki-laki dan perempuan secara psikologis adalah

Laki-laki
Perempuan
Melindungi dan Menyejahterakan
Dengan kekokohan tubuhnya dan keperkasaan jiwanya, laki-laki dituntut untuk melindungi, termasuk melindungi kaum perempuan. Kekuaran dan keperkasaannya bukan untuk merusak, tetapi untuk melindungi dan menyejahterakan.



Menjadi “Ayah” yang memberi benih kehidupan
Setiap laki-laki disiapkan untuk mejadi seorang ayah. Sebagai ayah, ia member benih kehidupan. Ia “menciptakan” keturunan. Ia laksana langit dan air hujan yang jatuh kebumi menumbuhkan berbagai jenis kehidupan.




Menjadi Kekasih dan Partner.
Secara biologis dan psikologis, manusia diciptakan untuk saling melengkapi. Laki-laki diciptakan untuk menjadi teman, partner dan kekasih bagi perempuan. Hal ini sudah menjadi tuntutan kodrat. Maka setiap laki-laki harus dapat menjadi partner dan kekasih bagi perempuan, menjadi seorang suami yang baik bagi istrinya dan menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya.
Menciptakan keindahan dan keharmonisan
Dengan sosok tubuhnya yang indah dan halus, jiwa teduh dan damai, kehadiran perempuan harus dapat memberikan sentuhan indah, harmonis, tenang, dan damai. Kehalusan dan kelembutan perilaku, dan tutur kata yang baik dapat menjadikan suasana keluarga damai, indah dan tenang, sehingga orang merasa betah untuk tinggal dirumah.

Menerima, Mengandung, Melahirkan, dan Memelihara
Seluruh bagian tubuh dan struktur organ kelamin seorang perempuan, diciptakan untuk menerima, mengandung, melahirkan dan memelihara. Ia menerima benih yang diberikan oleh laki-laki, mengandung, menyuburkan dan melahirkan manusia baru. Memeliharanya dengan tekun, teliti sabar dan penuh rasa bangga.

Mengasihi tanpa Pamrih.
Cinta seorang laki-laki sering ada pamrihnya, tetapi cinta seorang perempuan/istri, ibu sering tanpa pamrih.

Sebagai perempuan/istri/ibu, ia menghembuskan udara kasih dalam keluarga. Dari seluruh dirinya terpancar kasih. Sang istri/ibu sungguh memberikan nafas kasih yang dapat mengubah sebuah rumah sederhana menjadi surge.

Tuhan menciptakan kita manusia, laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki sifat-sifat biologis dan kejiwaan jang khas. Perbedaan laki-laki dan perempuan merupakan keindahan ciptaan, yang keduanya saling membutuhkan untuk mewujudkan karya keselamatan Allah. Perempuan memiliki kelebihannya sendiri, demikian juga dengan laki-laki. Allah menghendaki manusia, baik laki-laki dan perempuan, saling menghargai, saling membantu, dan saling melengkapi, karena laki-laki dan perempuan diciptakan sederajat.

3.             Laki-laki dan Perempuan Saling Membutuhkan dan Melengkapi menuju Kesempurnaan Hidup.

Perbedaan kodrat laki-laki dan perempuan bukanlah perbedaan yang kontradiktif, melainkan perbedaan yang seharusnya saling melengkapi. Manusia diciptakan dengan daya tarik untuk dapat mewarnai dunia dengan cinta. Karena daya tarik tersebut, laki-laki dan perempuan saling tertarik dan jatuh cinta. Cinta Allah lah yang menjadi sumbernya. Cinta yang tumbuh dalam diri laki-laki dan perempuan menjadi kehendak Allah, walau terkadang kita sulit untuk mengungkapkan mengapa kita mencintai dan dicintai. Allah sendiri yang seolah-olah menggerakkan kita dan hati kita untuk bertemu dan jatuh cinta.
Lewat Kitab Kejadian, Allah mempercayakan segala alam ciptaan kepada kita. Laki-laki dan perempuan untuk memelihara, menata, dan melestarikan demi kelangsungan kehidupan dan kemuliaan Allah. Allah sendiri telah berkata; “…..berkuasalah atas ikan-ikan di laut, dan burung-burang di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makanannya” (Kej 1:28-29).
Semua itu, tak akan terjadi jika laki-laki dan perempuan tidak dapat menjadi tanda cinta kasih Allah, cinta laki-laki dan perempuan harus menjadi tanda cinta Allah kepada umat-Nya dan cinta Kristus kepada Gereja-Nya. Dalam Perjanjian Lama, cinta antara suami dan istri sering menjadi lambing cinta Allah kepada bangsa Israel. Dalam Perjanjian Baru, cinta suami istri melambangkan cinta Krisus kepada Gereja-Nya (bdk. Ef 5:22-23). Cinta suami istri menjadi symbol dan tanda (sakramen) dari cinta Allah kepada manusia dan cinta Kristus kepada Gereja-Nya. Dengan menjadi tanda cinta Allah dan cinta Kristus, pasangan suami istri telah mewartakan cinta kasih Allah dan cinta Kristus kepada dunia. Kesaksian mereka tentang cinta kasih Allah dan Kristus dapat menjadi terang bagi masyarakat lingkungan agar semakin mengenal Allah.


Syukur Atas Keunikan Diriku sebagai laki-laki dan Perempuan

Bersyukur atas keunikan kita, sebagai seorang laki-laki dan perempuan, menjadi sebuah harapan bahwa kita semakin menerima diri kita. Sehingga dengan menyadari panggilan kita baik sebagai laki-laki dan perempuan, kita dapat menghargai laki-laki dan perempuan bukan semata-mata berdasarkan perannya, tetapi lebih sebagai satu ciptaan Allah yang mulia.

1.             Menerima dengan Bangga Atas Kodrat Diriku sebagai Laki-laki dan Perempuan

Kita diciptakan Allah dan terlahir kedunia sesuai dengan kodrat kita masing-masing, sebagai seorang laki-laki atau perempuan yang harus kita terima dan kita syukuri. Dalam perkembangan sejarah dan perkembangan situasi social banyak ketimpangan-ketimpangan yang memunculkan perlakuan tidak adil antara kodrat laki-laki dan perempuan, laki-laki lebih dihormati dan mendapatkan tempat dalam status social. Bukan hanya dalam jaman sekarang, tetapi sudah sejak jaman dahulu kaum perempuan diposisikan lebih rendah dari kaum laki-laki, dalam perjalanan sejarah banyak pendapat yang muncul dikalangan tokoh-tokoh dunia tentang perempuan. Contohnya : a) Plato, “Perempuan adalah degradasi laki-laki, seorang laki-laki pengecut pada kelahiran berikutnya akan menjadi perempuan” b) Aristoteles, “Andaikata perempuan punya jiwa, maka jiwa yang dimilikinya tidak sepenuh yang dimiliki laki-laki”, c) Ferdinan Marcos, “saya tidak takut pada siapa pun, juga terhadap wanita, tempat sorang wanita adalah di tempat tidur”.
Hal ini menandakan bahwa kaum perempuan masih dipandang sebagai kaum yang lemah dan rendah, dapat terjadi karena masih kuatnya paham patriartkhi, yang mengajarkan bahwa garis ketentuan anak ditentukan oleh garis dari ayah, maka semua pranata social tentang kehidupan dilatarbelakangi oleh pandangan patriartkhi, seorang ayah menjadi penentu keturunan. Maka dalam proses kehidupan, kaum laki-laki menjadi kelompok masyarakat yang berkuasa, akibatnya, kakuasaan kaum laki-laki menjadi sebuah system yang kuat dan dianggap benar, kekuasaan ini dibangun atas dasar pandangan pasangan laki-laki dan subordinat bagi perempuan, yang juga dapat menciptakan stereotip perempuan di dalam masyarakat, baik itu muncul dalam eksploitasi media maupun tradisi atat adat tertentu.
Bahkan dalam dunia modern sekarang ini, perempuan sering dipatrunkan dan atau dieksploitasu untuk kepentingan yang bersifat ekonomis atau entertainment (kesenangan), sehingga tidak sedikit yang memunculkan tindakan kriminalitas dimana perempuan menjadi korban, mulai dari korban pornografi, pemerkosaan, jual beli manusia, kekerasan, pelecehan seksual, dan sebagainya. Dalam kehidupan social masyarakat, perempuan lebih berperan sebagai pelaksana dan bukan pengambil keputusan, perempuan, sering kali tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki dalam banyak hal. Perempuan sering mempunyai peran ganda yang begitu berat, perempuan yang bekerja tetap dituntut tanggungjawab atas kesejahteraan dalam keluarga. Tidak jarang muncul diskriminatif dan fanatik, bukan hanya terhadap perempuan tetapi juga terhadap kaum yang lemah.
Dalam perkembangan dunia dewasa ini, kita telah mendengar, menyaksikan, bahkan mempelajari berbagai usaha untuk melawan diskriminatif terhadap perempuan, isu kesetaraan Gender menjadi sebuah wacana yang berkembang. Kesetaraan dan Keadilan Gender, menjadi bagian yang sangat penting dan menjadi sebuah komitmen untuk diperjuangkan. Maka ketika kita melihat hubungan social antara laki-laki dan perempuan, kita perlu menyadari Kesetaraan dan Keadilan Gender, yang menjadi sebuah gerekan emansipasi perempuan untuk mengembalikan martabat perempuan sebagai manusia yang mempunyai hak asasi dan hak kehidupan yang sama dengan laki-laki. Seorang perempuan adalah ciptaan Allah yang mulia, yang mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki, tidak ada perbedaan status sosial dan budaya antara lakiplaki dan perempuan. Laki-laki dan perampuan adalah mitra yang saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan terletak pada kodratnya secara biologis tetapi bukan di dalam martabatnya secara sosial dan dan hokum. Laki-laki dan perempuan merupakan pribadi yang sama, sama-sama ciptaan Allah yang sungguh “amat baik” adanya (Kej 1:31). Laki-laki dan perempuan diciptakan sesuai dengan citra Allah, laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling melengkapi, menyempurnakan, melanjutkan keturunan, mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup.

2.             Bersyukur Atas Panggilanku sebagai Laki-laki dan Perempuan

Dalam Kitab mazmur dikatakan, “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dasyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya”. (Maz 139:14).
Dari teks tersebut mau mengatakan, bahwa kita adalah makhluk yang ajaib, unik dan luar biasa, yang telah diciptakan oleh Allah. Kita dilahirkan baik laki-laki atau perempuan mempunyai sesuatu yang luar biasa dari tubuh jasmani kita. Tubuh kita secara biologis merupakan organism yang paling kompleks dan unik di dunia, setiap bagian kita dari yang paling kecil mengungkapkan dan menghadirkan bahwa semuanya diciptaan secara dasyat dan ajaib.  Semua keajaiban ini hendaknya kita sadari dan kita syukuri, ada banyak hal dan cara yang dapat kita lakukan untuk mensyukuti kodrat panggilan hidup kita sebagai laki-laki dan perempuan. Wujud syukur yang paling utama adalah menerima diri kita apa adanya

D. Kluhuran Manusia sebagai Citra Allah
Pribadi kita sebagai manusia yang berharga, kita diciptakan Allah sebagai citra-Nya. Sepantasnyalah kita setiap manusia saling menghormati dan menghargai, walaupun ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam perbedaan itu manusia diajak untuk menyadari bahwa setiap pribadi mempunyai keutuhan, tidak hanya secara fisik, tetapi juga rohani. Setiap manusia mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, dan tindakan, segalanya tak hanya bersifat fisik dan mekanis, tetapi didasari olah jiwa yang membuat manusia berperasaan dan berkehendak, keluhuran martabat inilah yang seharusnya menyadarkan kita untuk selalu mengembangkan dan mempersembahkan segala yang telah dikaruniakan Allah kepada kita dengan sebaik mungkin.
                          
A.           Semua Manusia Secitra

Pribadi manusia merupajan pribadi yang secitra dengan Allah. Allah menganugerahkan berkat pada setiap pribadi tanpa terkecuali, walaupun dengan keterbatasan masing-masing. Semua manusia adalah satu saudara dan luhur adanya.

1.             Semua Manusia Sesama dan Saudara dalam Allah.
         
          Kita semua adalah pribadi manusia yang diciptakan Allah. Setiap dari kita adalah pribadi yang paling luhur, menjadi berkat bagi sesame. Dalam Kitab Nabi Yeremia dikatakan, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yer 1:5). Dengan demikian dapat dikatakan lewat kutipan teks tersebut mau mengatakan betapa Allah telah memberikan karunia keluhuran bagi setiap pribadi. Anugerah yang diberikan sebelum kita di lahirkan di dunia. Anugerah, bahwa kita semua berarti dan dipilih oleh Allah dalam situasi apapun, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki.

          Dalam kekurangan dan kelebihan itu baik secara fisik, tetaplah merupakan pribadi yang bermartabat. Martabat itu tentu bukan diukur dari segi badan dan lahiriah, tetapi dari siapakan diri kita sebenarnya, yaitu pribadi yang telah diciptakan Allah sesuai dengan citra-Nya (seturut gambar dan rupa-Nya). Citra Allah menunjukkan bahwa kita sebagai makhluk ciptaan yang paling mulia, kita menyerupai Allah (bdk. Mzm 8:5). Citra itu pancaran. Manusia mencerminkan atau merupakan pancaran dari Allah. Artinya, bahwa di dalam martabat setiap pribadi manusia, dapat dilihat gambaran dan pantulan rupa Allah. Semua pribadi manusia tercipta baik adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, manusia tetap manusia yang bermartabat. Dalam diri setiap pribadi, kita percaya ada pancaran kebaikan-kebaikan Allah.

          Dan karena kita semua adalah citra Allah, maka kita harus menghargai sesame manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan baik secara fisik-lahiriahnya dan sifat-sifatnya, kita berkewajiban menjada dan mengembangkan martabat. Mengembangkan kebaikan-kebaikan dan segala sesuatu yang kita lakukan supaya bermanfaat bagi sesame kita, apapun bentuknya. Karena semua manusia sesame dan saudara dalam Allah.
         

2.             Sikap dan Tindakan Manghargai Sesama
         
          Manusia adalah citra Allah, dalam konteks hidup sekarang, kita banyak melihat berbagai peristiwa hidup yang terkadang berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Lewat media massa kita banyak melihat peristiwa-peristiwa kekerasan yang sangat memprihatinkan, manusia tidak dihargai martabatnya. Konflik kepentingan yang terkadang tidak lepas dari isu SARA muncul begitu banyak di wilayah Indonesia, mulai dari Ambon sampai Papua. Tidak ketinggalah tindakan terorisme, yang merenggut nyawa tidak sedikit. Martabat manusia seakan menjadi sebuah barang mainan yang dapat dipermainkan seenaknya.
          Ada beberapa sebab yang dapat memunculkan konflik. Salah satu sebab munculnya konflik adalah perbedaan, perbedaan yang dibawa setiap individu dalam suatu interaksi bersama orang lain. Sebab lain adalah perasaan terancam, orang atau golongan yang merasa teracam akan cenderung bersikap fanatik, misalnya munculnya isu Kristenisasi atau Islamisasi dapat membuat kedua kelompok bersikap fanatik.
          Banyak cara telah dilakukan demi perdamaian. Dialog menjadi tema utama dalam setiap penyelesaian konflik. Yang diharapkan bahwa dialog bukan semata-mata pertemuan dua kelompok atau lebih, melainkan tindakan nyata dan konkret demi terciptanya perdamaian. Jika cara berfikir kita hanya sebatas, bahwa orang lain adalah “obyek”, maka orang lain dipandang selalu sebagai “yang lain”. Jika demikian, maka yang terjadi adalah bahwa kita selalu menolak keberadaan pribadi orang lain sebagai seseorang yang berharga dan sederajat dengan kita. Sehingga kita melihat orang lain lebih rendah, tidak bermarabat, tidak bermoral dan sebagainya. Dampak dari sikap ini adalah kekerasan, pembunuhan, bahkan penghancuran kelompok tertentu. Kekerasan yang terjadi ini sebenarnya dilatarbelakangi atas proses berfikir yang sempit, yaitu bagaimana manusia memandang sesame sebagai hubungan subyek dan obyek.
          Melalui konflik, seharusnya kita disadarkan betapa pentingnya kita saling mengoreksi diri, betapa masih banyak kekurangan yang ada dalam diri kita berhubungan dengan orang lain. Keterbukaan hati untuk saling memahami, menjadi titik awal bagaimana sebuah kedewasaan dibangun. Membangun sikap positif dalam berkomunikasi dengan orang lain, menghormati dan menghargai orang lain secara tulus memungkinkan kesalahpahaman dan konflik dapat dihindari. Bersikap dan berfikir positif terhadap orang lain mempunyai unsur-unsur, diantaranya kesediaan mendengarkan, menghargai pendapat, dan melibatkan diri (berempati). Dengan ini orang akan memiliki harga diri sehingga akan membantu menciptakan komunikasi yang bermakna dan mendalam. Sikap ini perlu diperkuat dengan cara pandang kita untuk menjauhkan diri dari sikap yang berlebihan. Menghargai kemajemukan dengan berfikir dan bersikap terbuka atau inklusif.
          Dalam Kitab Suci digambarkan dengan jelas bagaimana manusia yang diciptakan secitra dan segambar dengan Allah itu diharapkan mampu memancarkan kasih Allah kepada sesama.
a.        Kesetaraan martabat, setiap manusia memiliki kesataraan martabat dan hak asasi dihadapan Allah. Manusia diciptakan sebagai “Citra Allah” (Kej 1:27), atau “Gambaran Allah yang tak kelihatan (Kol 1:15), yang dipanggil untuk menjadi “Anak Allah” (Yoh 3:1-2)
b.         Pluralisme atau kemajemukan adalah suatu kenyataan. Perbedaan yang ada sebagai salah satu jalan untuk menyempurnakan satu sama lain. Seperti halnya tubuh, banyak anggota tetapi satu tubuh. Beberapa talenta, kurnia dan panggilan, tetapi satu rekan sekerja Allah (1Kor 1:10 ; Rom 12)
c.         Ada perbedaan, dapat membantu orang untuk mawar diri, sehingga tidak mudah untuk menghakimi atau mengadili orang lain. Serahkan penghakiman itu pada Allah. Hendaknya kita suka mengampuni orang lain, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kita (Mat 7:1-5; Luk 6:37-42; Ef 4:32)
d.        Hukum cinta kasih, adalah dasar utama mengapa kita harus toleran kepada sesama. Cinta berarti menerima orang lain apa adanya sesuai dengan identitasnya yang berbeda atau justru karena identitasnya yang berbeda. Yesus mengajarkan kita untuk saling mencintai tanpa syarat. (Luk 10:25-37).

Dengan demikian menjadi jelas, orang diharapkan mampu memancarkan kasih Allah kepada sesame, dengan sikap dan tindakan itu manusia menunjukkan tugasnya yang utama sebagai citra Allah.

3.             Upaya Menjaga Keluhuranku Sebagai Manusia.

          Hidup kita sebagai manusia merupakan anugerah yang luar biasa yang patut untuk diperjuangkan. Kehidupan demikian besar artinya “Hidup ditandai ciri yang tak terhapuskan, yaitu kebenarannya sendiri, dengan menerima karunia Allah, manusia wajib mempertahankan hidup dalam kebenaran itu yang memang hakiki baginya (EV. Art 48). Perjuangan kita untuk mempertahankan hidup betapa hakikinya kehidupan ini, menjadi tonggak yang tak pernah ada habisnya.
Kalau kita melihat perjalanan sejarah, muncul begitu banyak persoalan yang menghancurkan harkat dan martabat serta keluhuran manusia, di satu sisi. Banyak orang yang berjuang untuk mengatasi ancaman tersebut. Ketidakadilan dan penindasar harkat manusia terjadi, disitulah muncul perlawanan. Kita lihat peristiwa di Amerika Latin, terjadi penindasan terhadap kaum miskin, oleh para tuan tanah dan penguasa. Di mana peristiwa tersebut melahirkan pengorbanan Uskup Oscar Romero dan beberapa Jesuit dan perempuan. Peristiwa ini melahirkan refleksi yang mendalam betapa perjuangan mempertahankan keadilan menuai tantangan yang begitu besar, butuh pengorbanan. Mahatma Gandhi, mengusahakan sebuah gerakan “ahimsa”, betapa melalui kekerasan yang begitu besar, kelembutan dan cinta damai menjadi bagian perjuangan yang harus diangkat. Bunda Teresa dari Kalkuta, memberikan tangannya dalam mengabdikan diri kepada kehidupan, kepad mereka yang miskin dan tersingkir, untuk mengangkat mereka supaya bermartabat seperti manusia yang lainnya.
          Kehidupan adalah milik Allah sebagai sumber segala kehidupan. Allah senantiasa berbelas kasih kepada manusia untuk mengangkat manusia ke dalam kemuliaan. Dan setiap orang menurut kodratnya memiliki hak hidup, hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, aman, dan damai, tempat tinggal yang nyaman. Hak untuk tumbuh dan berkembang secara penuh, memperolah keadilan dan cinta, perlindungan dan segala sesuatu yang membuat sesorang merasa terlindungi. Setiap orang memiliki kesetaraan martabat dan hak asasi di hadapan Allah. Manusia diciptakan sebagai “citra Allah” (Kej 1:27).

B.            Aku Memiliki Roh, Jiwa, dan Raga, yang Berkemampuan Memiliki Pikiran, Perasaan, Kehendak.

Pribadi manusia tidak hanya fisik, tetapi juga jiwa dan roh. Kita mempunyai pikiran, perasaan, kehendak dan tindakan. Hal inilah yang menjadikan manusia seseorang yang bermartabat.

1.             Struktur Dasar Manusia: Roh, Jiwa, dan Raga

Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan, raga atau tubuh sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. Keberadaan kita di dunia ini, untuk memperbaharui budi dan mengetahui serta selalu mencari kehendak Allah dalam menemukan yang baik dan sempurna.
Bahwa kita manusia ini hanya sebatas raga atau tubuh jasmaniah yang tanpa arti. Raga atau jasmaniah ini hanyalah seonggok daging yang sama dengan makhluk lain. Tetapi kita perlu melihat ke dalam, bahwa di dalam raga jasmaniah ini ada jiwa dan roh yang selalu membuat kita menjadi lebih sempurna dan baik adanya.
Paus Yohanes Paulus II mengajak kita menghargai raga atau tubuh jasmaniah ini dalam satu kesatuan yang mendalam, bahwa di dalam tubuh ada kesucian yang harus senantiasa kita junjung, karena Allah telah menciptakan kita dengan rencana yang indah, “…..tubuh sesungguhnya mampu membuat kita melihat apa yang tidak kelihatan, yang spiritual dan yang ilahi. Tubuh telah diciptakan untuk menyalurkan ke dalam dunia yang kelihatan ini, misteri yang tersembunyi sejak awal dalam diri Allah…. Dan karena itu tubuh menjadi tanda bagi misteri itu. Raga atau tubuh jasmaniah merupakan tanda pernyataan diri Allah dan rencana-Nya bagi umat manusia”.
Di dalam raga atau tubuh jasmaniah kita ini, ada jiwa dan roh yang perlu terus kita pelihara. Jiwa dan roh inilah yang memungkinkan kita mempunyai perasaan, kehendak, dan pemikiran yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Jika kita lihat kisah Kejadian, begitu indah dilukiskan bagaimana Allah menciptakan manusia. Allah telah “membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7). Embusah napas inilah yang memberikan kita kehidupan. Napas dari “Yang Mahakuasa” yang memberikan hidup (Ayb 33:4); yang diembuskan-Nya ke dalam lubang hidung dari tubuh Adam yang belum bernyawa. Napas inilah yang menjadikan kita mempunyai “roh” sehingga membuat kita menjadi manusia yang berjiwa dan hidup.
Sebagai pribadi, manusia mempunyai tiga unsure penting yang tak bisa dilepaskan, yaitu roh, jiwa, dan raga. Manusia adalah kesatuan ketiganya tidak bisa dipisahkan, hal ini memberikan makna kepada kita, bahwa pribadi manusia sebagai suatu yang bersifat imani dan suci terhadap raga. Dengan roh-jiwa ini, maka setiap pribadi manusia lebih bermartabat dan luhur.
Raga yang kita miliki adalah kudus adanya. Walaupun raga ini mempunyai keterbaatasan-keterbatasan alami, seperti kecacatan dan rasa sakit, yang pada akhirnya akan rentan, tatapi raga ini adalah Bait Suci kita. Di dalamnya ada Roh Allah yang bekerja bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi kita. Tentu bait Allah adalah kudus dan suci, demikian tubuh kita haruslah kudus dan suci. Raga kita adalah tempat di mana Roh Allah diam di dalam hati kita. Tubuh kita adalah milik Tuhan serta menjadi tempat Tuhan bersemayam dan berkarya mengadirkan karya keselamatan-Nya.
Maka kita perlu memahami tubuh kita yang terdiri dari raga, jiwa dan roh. Kita perlu memikirkan apa arti hidup dan bagaimana kita memandangnya, kalau kita tidak memiliki arti hidup atau salah memandangnya, orang juga tidak akan mengerti tubuhnya atau menyalahgunakan tubuhnya sendiri. Tubuh kita bukan untuk direndahkan bergitu rupa atau digunakan untuk sesuatu yang sia-sia dan tidak berarti. Kita perlu menyadari bahwa kita memiliki roh, jiwa dan raga yang tak terpisahkan, sehingga dengan demikian kita juga memiliki perasaan, pemikiran dan kehendak.

2.              Kemampuan dasar Manusia, Pikiran, Perasaan, Kehendak, dan Tindakan.

Roh, jiwa, dan raga tak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan did ala tubuh kita. Kita bukanlah seperti robot, pribadi yang tak bernyawa, tetapi mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, dan tindakan. Karena mempunyai  pikiran, prasaan, kehendak, dan tindakan inilah yang membuat manusia “lebih” dibandingkan dengan segala makhluk yang ada di bumi. Banyak gambaran yang muncul mengenai manusia.  Manusia sering disebut sebagai homo ssapiens, yang berarti manusia yang arif, karena memiliki akal budi dan mengungguli makhluk yang lain. Manusia sering juga disebur sebagai homo faber, karena mampu menggunakan berbagai alat yang ada dan menciptakannya. Sering juga manusia disebut sebagai homo ludens, yaitu makhluk yang suka bermain. Begitu juga dengan sebutan lain, homo symbollicum dan homo socio-economicus, karena manusia mampu mencipta dan berkomunikasi dengan symbol-simbol, dan mengelola materi hidupnya. 
Manusia mempunyai pikiran dan kehendak. Kehendak merupakan bentuk dorongan hati untuk melakukan sesuatu hal, baik itu dipengaruhi oleh nilai-nilai positif kebajikan atau memang negatife. Di dalam kehendak ada kemauan dan keinginan. Kemauan lebih merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu karena ada pengaruh dari luar diri. Kemauan mengindikasikan adanya suatu tindakan yang akan dilakukan sebagai reaksi atas tawaran tertentu dari luar dirinya. Sementara keinginan, dari kata dasar ‘ingin’, menunjukkan adanya suatu kebutuhan terhadap sesuatu, bukan hanya kebutuhan melainkan juga adanya dorongan untuk memuaskan diri. Kehendak manusia memiliki dua pemahamam. Pertama, bahwa kehendak itu bersifat dorongan fitrah atau naluriah yang bersifat sosial. Kedua, sering disebut sebagai keinginan. Biasanya menggambarkan kehendak yang bersifat lebih egoistik.
Pemikiran dan kehendak inilah yang membawa kita menjadi manusia yang juga berperasaan dan sekaligus mampu untuk bertindak. Perasaan yang ada bukan hanya terbatas pada cinta, marah dan sedih, namun banyak ungkapan perasaan. Perasaan menggambarkan ungkapan hati seseorang yang kuat akan suatu hal, baik yang bersifat menyenangkan atau menggelisahkan. Perasaan inilah yang membuat kita luhur, bermartabat, dan unik. Tentu semua itu dilatarbelakangi oleh pemikiran hati yang ada di dalam diri kita. Setiap perbuatan atau tindakan kita selalu dituntun oleh hati dan pikiran kita. Pikiran yang memerintahkan sesuatu di dalam diri kita untuk melakukan sesuatu. Apa pun sisi perintahnya, hati dan pikiran selalu mempengaruhinya. Kualitas tindakan kita sangat tergantung pada kualitas hati dan pikiran kita. Benar atau salahnya ditentukan oleh penilaian pikiran. Baik atau tidaknya berada di bawah wewenang hati. Dalam Ijil Matius dikatakan, “Mata adalah pelita tubuh, jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu…”. Pikiran dan hati merupakan ‘mata’ bagi diri kita dalam melakukan tindakan yang berikutnya, apakah itu baik atau buruk.
Dengan kesadaran, manusia dapat memahami semua perilaku dan tindakannya. Hanya saja untuk selalu bertindak dan berperilaku baik, manusia harus memiliki tidak saja kesadaran semata tetapi lebih dari itu yaitu kesadaran moral. Atas kesadaran moral itulah manusia dapat memilih itndakan yang baik dan buruk. Dengan kesadaran moral ini manusia akan merasa wajib untuk berbuat baik tanpa paksaan dan tekanan dari manapun juga, semua didasarkan atas keputusan hati nuraninya.

2 komentar:

Santo 3342 mengatakan...

Gak bagus,panjang tapi gak
Ada pengertiannya

Anonim mengatakan...

terimakasih

Belajar Menulis "Menunggu..."

Pelatihan Belajar Menulis Menulis di Kompasiana   Tak terasa sudah beranjak malam, ketika saya keluar dari ruang perawatan di salah sa...