Selasa, 06 Maret 2012

Tradisi

TRADISI DALAM GEREJA KATOLIK

APA ITU TRADISI? Tradisi merupakan bagian yang amat penting dalam Gereja Katolik. Kata 'tradisi' dapat dijelaskan sebagai: meneruskan informasi, kepercayaan serta kebiasaan-kebiasaan, baik dengan kata-kata ataupun dengan teladan hidup dari satu generasi ke generasi lainnya tanpa petunjuk tertulis. Dengan kata lain, pemikiran-pemikiran serta nilai-nilai dari satu generasi diwariskan kepada generasi berikutnya. Gereja senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadahnya, dari generasi ke generasi. Dalam tradisi ada kurun waktu yang istimewa, yaitu zaman Yesus dan para rasul, dan periode itu disebut “Zaman Gereja Perdana”

Tradisi zaman Gereja Perdana “didbangun diatas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Efesus 2:20). Sebagian dari tradisi itu kemudian ditulis dan kita kenal sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru.

Syahadat para rasul, menjadi salah satu contoh tradisi Gereja yang hingga kini masih dipakai dan dipergunakan sebagai ungkapan iman umat beriman kepada Allah.

Dalam Gereja Katolik ada dua pedoman: Kitab Suci dan Tradisi. Kitab Suci sendiri berawal dari tradisi bangsa Yahudi (Perjanjian Lama) dan tradisi Para Rasul Yesus (Perjanjian Baru).

Tradisi Gereja berasal dari pengalaman gereja Katolik selama 2000 tahun. Para Bapa Gereja mencermati pengalaman-pengalaman tersebut dan menetapkan peraturan-peraturan serta ajaran-ajaran yang terbukti telah membantu umat Katolik menghadapi permasalahan hidup. Peraturan serta ajaran tersebut telah memberikan hasil yang baik di masa lampau dan tetap demikian hingga kini.

Roh Kudus

ROH KUDUS

Air - melambangkan tindakan Roh Kudus dalam upacara Pembaptisan. "Dibaptis dalam satu Roh", kita juga "diberi minum darisatu Roh" (1 Kor. 12:13). Jadi Roh dalam pribadi-Nya adalah air yangmenghidupkan, yang mengalir, dari Kristus yang disalibkan (Yoh. 19:34;1 Yoh. 5:8) dan yang memberi kita kehidupan abadi.

Urapan - salah satu lambang Roh Kudus adalah juga urapan dengan minyak, malahan sampai ia menjadi sinonim dengan-Nya. Dalam inisiasi Kristen, urapan adalah tandasakramental dalam Sakramen Penguatan, yang karenanya dinamakan"Khrismation" dalam Gereja-gereja Timur. Tetapi untuk mengertisepenuhnya bobot nilai dari lambang ini, orang harus kembali ke urapanpertama, yang Roh Kudus kerjakan: Urapan Yesus. "Khristos" (terjemahandari perkataan Ibrani "Mesias") berarti yang "diurapi dengan Roh Allah".

Api - melambangkan daya transformasi perbuatan Roh Kudus.Dalam "lidah-lidah seperti api" Roh Kudus turun alas para Rasul padapagi hari Pentakosta dan memenuhi mereka (Kis 2:3-4).

Awan dan sinar - Roh turun alas Perawan Maria dan"menaunginya", supaya ia mengandung dan melahirkan Yesus (Luk. 1:35).Di atas gunung transfigurasi Ia datang dalam awan, "yang menaungi"Yesus, Musa, Elia, Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan "satu suarakedengaran dari dalam awan: Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlahDia" (Luk 9:34-35).

Meterai - Meterai adalah sebuah lambang, yang erat berkaitandengan pengurapan. Kristus telah disahkan oleh "Bapa denganmeterai-Nya" (Yoh. 6:27; bdk. 2 Kor 1:22; Ef 1:13; 4:3) dan di dalamDia, Bapa juga memeteraikan tanda milik-Nya atas kita. Karena gambaranmeterai (bahasa Yunani"sphragis") menandaskan akibat pengurapan Roh Kudus yang tidakterhapuskan dalam penerimaan Sakramen Pembaptisan, Penguatan, danTahbisan, maka ia dipakai dalam beberapa tradisi teologis untukmengungkapkan "karakter", yang tidak terhapuskan, tanda yang ditanamkanoleh ketiga Sakramen yang tidak dapat diulangi itu.

Jari - "Dengan jari Allah" Yesus mengusir setan (Luk.11:20). Sementara perintah Allah ditulis dengan "jari Allah" atasloh-loh batu (Kel. 31:18), "surat Kristus" yang ditulis oleh paraRasul, "ditulis dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-lohbatu, melainkan pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia" (Kel.31:18; 2 Kor. 3:3).

Merpati - Waktu Kristus naik dari air Pembaptisan-Nya, Roh Kudus - dalam rupa merpati - turun atas-Nya dan berhenti di atas-Nya.

Karya Roh Kudus

Karya Roh Kudus sebagai Penolong.
1. Pada peristiwa Pentakosta, Roh Kudus membawa bahasa saling pengertian. Suasana dimana para rasul mampu berbicara dan dimengerti oleh begitu banyak suku bangsa, dan situasi itu menciptakan keterbukaan untuk saling menerima, bersatu, dan bersekutu. Karya Roh Kudus yang mempersatukan manusia.
2. Peritiwa Pentakosta, Roh Kudus membawa persatuan dan persekutuan
Hari Pentakosta sering disebut sebagai harinya jaman baru, yaitu Gereja. Roh Kuduslah yang melahirkan Gereja.
3. Roh Kudus membawa pembaharuan.
Roh Kudus yang hadir lahir dalam Perjanjian Baru, merupakan sebuah firman dan hukum kasih yang hjalis dalam hati manusia. Roh Kudus tidak hanya memperbaharui Gereja, tetapi juga muka bumi sepanjang masa

KARUNIA ROH KUDUS

Karunia Kebijaksanaan yaitu “untuk menilai dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan norma-norma ilahi dan dengan kewajaran yang memancar dari persatuan kasihnya dengan Tuhan.” Roh Kudus membantu mengkontemplasikan perkara-perkara ilahi, memampukan orang untuk bertumbuh dalam persatuan mesra dengan Tuhan.
Karunia Pengertian adalah karunia “untuk memberikan pengertian dan pemahaman mendalam akan kebenaran ilahi dalam iman, bukan sebagai pencerahan sementara, melainkan sebagai intuisi tetap.” Dengan pencerahan akal budi terhadap kebenaran, Roh Kudus membantu orang untuk mengerti kebenaran iman dengan mudah dan mendalam, serta memahami kedalaman kebenaran-kebenaran tersebut.
Karunia Nasehat adalah karunia “untuk membangkitkan ketaatan dan pasrah diri orang pada nasihat Tuhan dalam segala tindakannya demi mencapai kekudusan dan keselamatan.” Terutama, karunia nasihat memampukan orang untuk menilai tindakan pribadi sebagai baik dan harus dilakukan, atau sebagai jahat dan harus dihindari.
Karunia Keperkasaan, orang dapat “mengatasi persoalan-persoalan atau menanggung derita dan sengsara dengan kekuatan dan keperkasaan yang dianugerahkan Tuhan.” Sama seperti karunia-karunia yang lain, karunia keperkasaan bekerja atas dorongan Roh Kudus, dan memberikan kekuatan kepada orang untuk melawan yang jahat serta bertekun demi kehidupan kekal.
Karunia Pengenalan adalah karunia yang memampukan orang “untuk menilai dengan benar dalam hal kebenaran iman sesuai dengan dasar dan prinsip-prinsip dari kebenaran yang telah dinyatakan.” Di bawah bimbingan Roh Kudus, akal budi manusia membuat penilaian yang benar atas barang-barang duniawi dan hubungan antara benda-benda tersebut dengan kehidupan kekal dan kesempurnaan Kristiani.
Karunia Takut Akan Allah memampukan orang “untuk menghindari dosa dan menghindari cinta / kelekatan pada barang-barang duniawi lebih dari rasa cinta dan hormat kepada Tuhan.” Teristimewa, karunia ini membangkitkan rasa hormat mendalam kepada Allah segala kuasa yang Mahatinggi. Di sini, orang menyadari “keterbatasannya sebagai ciptaan” dan ketergantungannya kepada Tuhan, serta tidak akan pernah mau dipisahkan dari Tuhan yang penuh belas kasihan. Karunia takut akan Allah ini membangkitkan dalam jiwa semangat sembah sujud dan takwa kepada Allah yang Mahakuasa serta rasa ngeri serta sesal atas dosa.
Karunia Kesalehan “guna menghaturkan sembah sujud kepada Tuhan terutama sebagai Bapa kita dan berhubungan dengan semua orang sebagai anak-anak dari Bapa yang sama.” Di sini, orang menyatakan rasa hormat pada Tuhan sebagai Bapa yang penuh belas kasihan, serta menghormati sesama sebagai anak-anak Tuhan terutama karena memang begitu mereka adanya. Dengan demikian, karunia kesalehan menyempurnakan kebajikan akan keadilan, memampukan orang untuk memenuhi segala kewajibannya kepada Tuhan dan sesama; ia tidak hanya dimotivasi oleh keadilan yang harus ditegakkan, tetapi juga oleh hubungan cinta kasih yang dialaminya bersama sesama.



Belajar Menulis "Menunggu..."

Pelatihan Belajar Menulis Menulis di Kompasiana   Tak terasa sudah beranjak malam, ketika saya keluar dari ruang perawatan di salah sa...